Sabtu, 15 Maret 2014

Filosofi 212 kapak Wiro Sableng

Pada mata kuliah pedagogik di program PPCPAK ini ada seorang dosen yang inspiratif banget bagi kami. Banyak nasehat-nasehat beliau, ataupun cerita-cerita dari pengalaman beliau yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi kami. Nah, apa hubungannya dengan wiro sableng? Kita simak sesaat lagi….

Waktu kuliah kemaren, dosen saya cerita kalo beliau pernah mengikuti sebuah seminar. Dalam seminar itu pesertanya ditanya, "ada yang pernah nonton wiro sableng? Bagi yang pernah nonton wiro sableng silahkan tunjuk tangan"
Kira-kira 90% peserta angkat tangan. Beliau tidak termasuk yang angkat tangan, karena memang beliau tidak suka acara TV semacam itu. Acara yang sering beliau tonton hanya berita dan perbincangan mengenai politik maupun masalah sosial. Pertanyaan itu juga yang diajukan ke kami, peserta kuliah hari jum'at kemaren. Kami semua menjawab pernah nonton.

Pertanyaan selanjutnya adalah  "kalian tau tulisan di kapak wiro sableng?"

Dengan lantang kami menjawab "212"

 "kalian tau tidak apa makna dibalik angka 212?"

Kami semua terdiam, tidak ada yang tau.

Lalu dosen kami menjelaskan, "212 masing-masing angka itu bila dijumlah berapa?"

"5 pak"

"kalian tau masa jabatan para pejabat tinggi pemerintahan? Presiden, MPR, DPR, DPD, DPRD… bla..bla..bla.. Semuanya 5 tahun. Dan kalian tau 5 tahun itu digunakan untuk apa?"
Berikut penjelasannya:


Jadi angka 212 itu digunakan untuk menyindir para pejabat negeri ini. Yaa.. Memang tidak semuanya seperti itu sih mungkin… tapi rata-rata, sebagian besar  seperti itu. Dan setelah saya selidiki lagi, lagi-lagi tanya mbah google, makna yang sebenarnya tidak seperti itu, tapi kalo dikaitkan dengan politik saat ini memang benar juga. 

Sekitar 1 bulan lagi, kita akan dihadapkan pada "pesta demokrasi". Demokrasi??? Mungkin lebih tepatnya "Democrazy" seperti guyonan politik yang sering disinggung di beberapa stasiun TV, dan aku sepakat memang. Wakil rakyat memang dipilih oleh rakyat, tapi kalau yang milih itu nggak tau sebenernya apa yang dipilih, hanya diiming-imingi oleh kaos partai abal-abal, yg 10 ribu 3 dengan kain murahan, duit dari poster-poster yang dipajang, bingkisan-bingkisan yang sebenarnya dananya berasal dari uang rakyat, dan janji-janji  manis yang diumbar setinggi langit, namun jika dia jadi, ibarat debu yang diterpa angin, entah kemana janjinya itu. Jangankan menepati, janji-janjinya sendiri pun mungkin sudah lupa.

Dan 212 itu pun kembali terulang. Itu jika kita tidak benar-benar selektif, sesuai dengan hati nurani. Oleh karena itu, sodara-sodara, mbak bro, mas bro, bulek paklek, budhe pakdhe, uda, kakak, wak, makcek, pakcek, torang semua, jika caleg periode lalu mendaftar lagi untuk periode berikutnya, sedangkan kinerjanya periode yang lalu kinerjanya tidak ada, bahkan tidak beres, JANGAN SEKALI-SEKALI DIPILIH LAGI. Jangan tergoda dengan embel-embelnya, bingkisan-bingkisannya, uangnya, janji-janji manisnya. Itu sama sekali tidak sebanding dengan 5 tahun kinerjanya yang hanya menghabiskan uang rakyat, uang kalian.

Namun, jika dari semua pilihan itu tidak ada yang menurut kita baik, atau tidak tau sama sekali, kita bismillah aja, semoga yang dipilih itu benar-benar memegang amanah rakyat. Yaa… kita doakan saja. Semoga ada pejabat-pejabat selanjutnya yang berhati seperti jokowi atau lebih baik dari beliau yang bisa mengubah nasib bangsa ini menjadi lebih baik. Aamiin...
  
Manado, 15 Maret 2014
By: senyum   (^__^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar