Kamis, 14 Februari 2019

Sampahmu Buayamu


Beberapa waktu lalu kita mendengar paus mati di wakatobi dengan perutnya yang penuh dengan sampah. Di berbagai media kita juga sering mendengar sampah yang selalu overload di Tempt Pembuangan Akhir (TPA), dan itu seperti hal yang biasa. Di Jogja misalnya, sejak 2012 lalu TPA Piyungan sudah overload, namun ratusan ton sampah tetap dipaksakan masuk setiap harinya. Dan yang paling memprihatinkan Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Sampai-sampai, ikan teri dan garam yang kita konsumsi sehari-hari pun tercemar mikroplastik. Ini bukti bahwa Indonesia sebenarnya sudah DARURAT SAMPAH PLASTIK.



Tak hanya sampah plastik yang membawa bencana, sampah organik pun juga membawa masalah ketika sudah berada di TPA. Sering ada berita pemulung tewas tertimbun sampah akibat ledakan gas metana di TPA. Metana sendiri merupakan gas/cairan yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik. Gas metana apabila tertutup rapat oleh plastik akan mudah meledak. Sementara 45-60% volume gas di TPA adalah gas metana. Metana cair juga mudah meledak apabila diberi tekanan tinggi. Oleh karena itu bagi yang membuang sampah organik (sisa makanan/sayuran/botol yang masih ada bahan organiknya di dalam) tolong jangan dibungkus/ditutup terlalu rapat agar tidak mudah meledak ketika membusuk di TPA.

Intinya, baik sampah anorganik maupun organik tetap merugikan bagi kita, orang lain dan jutaan makhluk hidup lain apabila kita tidak mengurangi/mengelolanya dengan baik. Itulah yang saya maksud dengan “Sampahmu Buayamu”
Lantas bagaimana solusinya ?


“BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA SAJA TAK CUKUP”

Itu yang dikatakan mbak Silvi, pemateri seminar zero waste yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Buang sampah pada tempatnya itu hanya membuat rumah kita, lingkungan kita atau tempat-tempat umum bersih, namun tetap kotor di tempat lain, di tempat sampah itu dipindahkan. Buang sampah pada tempatnya hanya memindahkan sampah, tidak mengurangi jumlah sampah. Sementara kita terus buang sampah tiap hari, di TPA-TPA itu sampah-sampah terus menggunung sampai overload dimana-mana. Apabila sampah kita sampai ke laut pun menjadi bencana bagi milyaran hewan laut dan akhirnya kembali ke kita.

Jadi cara yang paling efektif adalah menerapkan ZERO WASTE atau bebas sampah. Kedengarannya mustahil kalau Indonesia bebas sampah. Tapi itu bisa dilakukan bila semua elemen masyarakat sadar akan bahaya yang ditimbulkan sampah-sampah itu. Dan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri. Mengenai penerapan zero waste, DK.Wardhani menuturkan ada 3 cara yang bisa dilakukan, yaitu : Cegah, Pilah, Olah (keterangan lebih lanjut baca referensi ke-8).

Dari ketiga cara di atas, yang paling mudah diterapkan yaitu cegah, dalam artian mencegah sampah plastik masuk ke rumah kita. Mengapa sampah plastik? SAMPAH PLASTIK membutuhkan waktu MINIMAL 500 TAHUN untuk bisa TERURAI. Itupun apabila terkena sinar matahari (fotodegradasi). Buktinya yang sempat viral beberapa waktu lalu, ditemukan sampah kemasan shampo sachet tahun 80’an yang masih utuh kecuali ujungnya yang disobek saat pemakaian. Sementara sampah plastik yang paling banyak beredar di Indonesia adalah kantong plastik. KLHK menyebutkan 1 juta kantong plastik digunakan per menitnya.Padahal kantong plastik itu rata-rata hanya digunakan selama 15 menit lalu dibuang.


Setelah dibuang terkubur di tanah ratusan tahun, atau terombang-ambing di laut dan tertelan oleh ikan besar, atau terpecah menjadi mikroplastik dan masuk ke perut ikan-ikan kecil, atau menyatu dengan garam dan kemudian kembali lagi ke kita dengan mengkonsumsinya.



Oleh karena itu cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang beredar adalah dengan mencegahnya masuk ke rumah kita yaitu dengan BAWA WADAH SENDIRI saat berbelanja. Bawa kantong sendiri saat beli sayur atau keperluan lainnya. Tidak harus beli, bisa pakai tas kain yang dapat dari kondangan, tahlilan, seminar atau tas lain yang ada di rumah. Bawa kotak makan/rantang/t*pperware/mangkuk saat beli makanan, terutama makanan panas dan berkuah, bawa botol minum saat beli jus atau minuman lain. Ribet sih kelihatannya, tapi keribetan yang sebentar itu bisa membuat tanah bernafas lebih lega setidaknya 500 tahun ke depan, keribetan yang sebentar itu bisa menyelamatkan milyaran nyawa makhluk hidup yang sulit membedakan mana makanan mana sampah plastik, keribetan yang sebentar itu bisa menyelamatkan manusia dari racun yang ditimbulkan oleh asap pembakaran sampah plastik, keribetan itu bisa menyelamatkan bumi kita.

Ada sebagian kecil orang yang sudah melakukan langkah ini. Mereka saya sebut sebagai ECOHERO. Tapi justru banyak respon negatif yang mereka dapatkan dari orang di sekitarnya. Ada yang dicandain “lamaran anaknya nanti gak diterima lho kalo gak pake kresek” atau dibilang “gak elok kalo gak pake wadah” kadang juga dikira mau piknik, dan yang paling parah dianggap orang aneh, jadi bahan pembicaraan seisi pasar, sampai orang pasar hafal dan menyebutnya “mbak yang gak mau pake plastik”. Meski demikian mereka tetap tegar dan konsisten melakukannya karena memang mereka melakukan hal yang benar. Hanya saja orang-orang yang mengolok-olok itu yang tidak tau mengenai bahaya yang ditimbulkan dari sampah plastik. Oleh karena itu agar lebih banyak orang yang sadar dan zero waste menjadi sesuatu yang lazim, dan lingkungan kita jadi lebih bersih dan sehat tentunya, ayo kita adakan zero waste challenge (tantangan untuk menerapkan zero waste).

Zero Waste Callenge


Bagi yang ingin memboomingkan zero waste dengan mengikuti zerowaste callenge, caranya gampang banget. Kalian foto/video waktu menerapkan zero waste (tak hanya bawa wadah sendiri, tapi bisa juga dengan membuat ecobrick, ecoenzym, komposter dll) lalu diposting ke berbagai sosmed yang kalian punya. Beri tagar #zerowastecallenge. Memang challenge ini tidak ada hadiahnya. Juga berat tantangannya karena kalian mungkin akan dapat respon negatif dari beberapa pihak seperti yang saya ceritakan di atas. Tapi yakinlah dan tunjukkan bahwa hal yang kita lakukan itu benar. Jangan langsung banting setir 100% menerapkan zero waste juga kalo kalian tak sanggup, semua yang pakai plastik langsung di stop misalnya. Nanti malah berujung stress. Kita masih belum bisa lepas dari plastik. Karena hampir semua barang yang kita beli dikemas dengan plastik.Saya pun juga bukan orang yang anti plastik. Tapi kita bisa meminimalisirnya masuk ke TPA, dengan bawa wadah sendiri, atau bila lupa, kresek atau kemasan plastik yang ada di rumah kita bisa dibersihkan dan dibuat menjadi ecobrick.



Untuk yang ingin tau lebih lanjut tentang zero waste kalian bisa lihat di zerowaste.id atau di akun instagram @zerowastenusantara atau bisa gabung juga di grup zero waste nusantara indonesia.

Dengan ikut serta dalam callenge ini kalian sudah menjadi bagian dari ecohero, pahlawan yang menyelamatkan lingkungan. Bukan melebih-lebihkan, tapi sekecil apapun hal yang kalian lakukan untuk lingkungan dan menggaungkannya ke orang lain sehingga diikuti oleh banyak orang, akan mengalirkan pahala yang tak henti-hentinya serta berdampak besar bagi kehidupan kita. Tidak hanya sekedar seru-seruan, tapi juga bermanfaat bagi kita semua. Jadi, sekarang saya tanya kepada semua pembaca, BERANI MENERIMA TANTANGAN?


NB:

Semua keterangan yang saya tulis berdasarkan referensi di bawah ini. Bila ada keterangan yang tidak benar mengenai tulisan ini silahkan diralat dan sertakan pembenarannya pula. Jadilah komentator yang baik, yang tidak hanya menyalahkan, tapi juga memberi tau kebenarannya serta referensi penguat kebenarannya.


Referensi :

  1. (http://www.tribunnews.com/regional/2018/11/21/dari-gelas-plastik-hingga-tali-rafia-berikut-sampah-isi-perut-paus-sperma-yang-mati-di-wakatobi).
  2. https://www.liputan6.com/news/read/2828193/pemulung-tewas-tertimbun-sampah-di-bantargebang
  3. (https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4013078/overload-ratusan-ton-sampah-dipaksakan-masuk-tpst-piyungan).
  4. https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/berapa-lama-sampah-plastik-dapat-terurai-62
  5. http://www.ampl.or.id/digilib/read/konsentrasi-metana-antara-lel-dan-uel-dapat-menyebabkan-ledakan-di-tpa-sampah/21240
  6. https://www.viva.co.id/berita/nasional/289365-tempat-pengelolaan-sampah-di-denpasar-meledak
  7. https://www.geologinesia.com/2018/01/gas-metana.html
  8. https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/09/100306120/manajemen-sampah-di-rumah-dengan-cegah-pilah-olah-ini-caranya
  9. https://sains.kompas.com/read/2018/11/30/114854723/ancaman-makin-nyata-garam-dan-ikan-teri-juga-tercemar-plastik-mikro#utm_source=insider&utm_medium=web_push&utm_campaign=ancaman_plastik_301118_12.30&webPushId=MjUyMA==
  10. http://nakita.grid.id/read/02929565/viral-foto-sampah-kemasan-sampo-tahun-80an-kondisinya-masih-utuh?page=all
  11. https://zerowaste.id/waste/ecobricks/