Sabtu, 13 Februari 2021

Kota Bebas Sampah, Bukan Mimpi di Siang Bolong

Apa itu Kota Bebas Sampah?

Kota bebas sampah atau dikenal dengan Zero Waste Cities (ZWC) adalah program yang menerapkan sistem pengumpulan sampah terpilah dengan pengolahan secara holistik dan berkelanjutan meliputi aspek edukasi, operasional, regulasi dan pembiayaan sehingga nantinya diharapkan tidak lagi memproduksi sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dalam sistem pengelolaannya. 

ZWC mulanya adalah impian yang hampir mustahil diterapkan menurut saya. Tapi saya yakin, suatu saat nanti akan bisa diterapkan walaupun saya tidak tahu bagaimana mewujudkannya. Dan impian itu menjadi sebuah harapan besar bagi saya ketika beberapa kota di Indonesia sendiri sudah ada yang berhasil menerapkannya. Didampingi oleh Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), Bandung dan Cimahi berhasil menerapkan program ini. Di Cimahi program ZWC dikenal dengan Gerakan Barengras (Bareng-Bareng Kurangi Sampah), sedangkan di Bandung dikenal dengan sebutan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan). 

Gambar 1. Biodigester salah satu RW dari program Kang Pisman di Bandung

Mengapa Kota harus Bebas Sampah?

Banyak fakta menunjukkan berbagai kerusakan lingkungan akibat pencemaran sampah, terutama sampah plastik. Banyak hewan yang menjadi korban dari polusi plastik. Dari hasil penelitian, banyak hewan laut seperti ikan, kerang, penyu, mamalia laut yang mengandung mikroplastik. Baru-baru ini juga ditemukan mikroplastik dalam kotoran manusia. Sampah organik pun juga berbahaya bila tidak dikelola dengan baik karena mengeluarkan gas metana yang akan meledak sewaktu-waktu jika bertekanan tinggi. Ledakan itu bisa menyebabkan longsor apabila gunungan sampak terlalu tinggi. Salah satunya di TPA  Leuwigajah, Cimahi, tahun 2005 silam. 143 warga tewas, 71 rumah dan 2 kampung terkubur. Artinya, semua yang manusia lakukan akan kembali pada dirinya sendiri. Lebih lanjut tentang dampak polusi sampah bagi kehidupan kita, bisa dibaca di Sampahmu Buayamu.

Darimana harus memulainya?

Saya ingin memulai di kampung kelahiran saya. Sayangnya saat ini realita berbanding terbalik dengan harapan. Walaupun sudah ada upaya-upaya pemerintah untuk mengajak warga menerapkan pola hidup minim sampah, namun belum berdampak signifikan dalam mengatasi permasalah sampah di kampung saya.

Realita :

Kampung saya terletak di tengah kota kecil daerah Jawa Timur yang penduduknya padat. Rata-rata warganya berasal dari kaum menengah ke bawah, termasuk keluarga saya. Selama ini belum ada kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya. Dulu pernah ada petugas pengangkut sampah. Namun karena banyak warga yang tidak mau bayar, kini kampung kami tak lagi disambangi petugas pengangkut sampah. Warga lebih memilih membuang sampah di pinggir sungai yang menurut mereka lebih dekat dan gratis (padahal dampaknya tidak gratis). Pola pikir yang apatis, kemalasan, serta gaya hidup konsumtif menjadi tantangan terbesar dalam mengubah kawasan kampung saya menjadi zero waste

Upaya pemerintah :

Selama ini sudah ada sosialisasi dari pemerintah mengenai pengolahan sampah. Perwakilan dari masing-masing RT diundang untuk diberi arahan membuat komposter dan difasilitasi untuk wadah komposternya. Namun sayang tidak ada follow up lebih lanjut dan tidak ada pendampingan dalam pelaksanaannya. Hanya sebatas proyek yang sekali jalan selesai. Sehingga saat ada kendala, seperti muncul belatung pada komposter, warga jijik, akhirnya ditinggalkan, dan kembali membuang sampah di pinggir sungai. 

Ada juga kuesioner PHBS yang dibagikan ke warga setiap tahunnya. Salah satu pertanyaannya tertera dimana warga membuang sampah. Oleh Ketua RT malah disuruh untuk menutup-nutupi dengan mengisi dibuang pada tempat sampah dan diangkut oleh petugas dengan alasan takut kampung kami tercoreng nama baiknya. Tapi petugas pemantau yang menanyai warga untuk mengisi kuesioner itu saya minta untuk tidak menanggapi perintah Pak RT dan berlaku jujur dalam mengisi kuesioner bahwa warga buang sampah di pinggir sungai dengan akan ada tindak lanjut untuk mengatas permasalahan ini. Hasilnya, beberapa saat setelah pengumpulan kuesioner, ada beberapa petugas yang meninjau lokasi pinggir sungai. Tapi setelah itu tidak ada tindak lanjut sama sekali, hingga berulang di tahun berikutnya. Di tempat saya, sepertinya itu hanya sekedar menjalankan program tahunan yang tidak ada tindak lanjutnya mengenai hasilnya.

Solusi :

Perlu adanya tanggung jawab pemerintah yang lebih "memaksa" masyarakat terkait pengelolaan sampah dari kawasan. Tanggungjawab itu bukan hanya dalam himbauan ataupun project, yang sekali jalan selesai. Tapi perlu adanya sebuah aturan khusus mengenai pengelolaan sampah yang jelas dan detail seperti kota Bandung dan Cimahi yang sudah beberapa tahun berhasil diterapkan hingga ke tingkat teknis. 

Mengapa saya bilang memaksa? Seperti yang dicontohkan oleh Anilawati dalam Talkshow Zerowaste Cities 6 Februari lalu, masyarakat memakai helm kadang bukan karena mereka sadar akan bahayanya berkendara jika tidak memakai helm, tapi lebih karena takut polisi, karena sudah ada aturan jika tidak memakai helm akan didenda/ditilang. Begitu pula dengan aturan terkait sampah ini. Dalam ZWC, perlu adanya aturan pengelolaan sampah di tingkat kawasan. Selain untuk mengurangi kebergantungan pada TPA, hal ini bisa mendorong warga untuk bertanggungjawab akan sampah yang dihasilkannya, setidaknya dengan memilahnya mulai dari rumah.

Selain peraturan, perlu ada anggaran untuk sarana prasarana yang mendukung. Dengan sarana dan prasarana mendukung, masyarakat akan lebih tergerak untuk menjalankan peraturan. Sarana prasarana itu diantaranya untuk pemilahan sampah dan pengomposan, serta Alat Pelindung Diri (APD) untuk petugas pengangkut sampah. Selanjutnya perlu ada sosialisasi ke warga, dan pendampingan pada saat pelaksanaan, agar bisa berjalan secara berkelanjutan. 

Gambar 2. Sosialisasi warga tentang pemilahan sampah dari rumah

Dengan adanya tanggungjawab pemerintah, mulai dari penetapan aturan, penyediaan anggaran, sosialisasi dan pendampingan yang intens, maka masyarakat akan otomatis tergerak untuk menerapkan zero waste, mulai dari kawasan (RT, RW, kelurahan). Bila kawasan sudah mulai menerapkan, bisa menularkannya ke kawasan lain, hingga menjadi sebuah gerakan. Gerakan itu menjadi sebuah sistem yang terintegrasi dengan sistem yang sudah ada di pemerintah. Bukan hanya DLHK tapi juga Ketahanan Pangan dan berbagai sektor lain yang terkait. Bila satu kota sudah berhasil menerapkan akan bisa menularkan ke kota lain. Dan akhirnya terwujudlah Zero Waste Cities yang tidak hanya mampu mengatasi permasalahan sampah tapi juga bisa mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat serta mampu menjaga kelestarian lingkungan. 

Tidak semudah membalikkan telapak tangan memang, ini akan butuh proses yang lama. Tapi ini juga bukan hal yang mustahil untuk diterapkan. Sudah ada kota yang berhasil menerapkan. Tentunya bukan hanya pemerintah yang bekerja sendiri, walaupun pemerintah punya peranan besar mewujudkannya. Tapi usaha, kegigihan, dan konsistensi semua lapisan masyarakat yang membantu ZWC bisa terwujud.

 Referensi :

https://ayobandung.com/read/2020/09/15/129786/kontribusi-kota-bandung-dan-kota-cimahi-sebagai-kota-nol-sampah-zero-waste-cities

https://news.detik.com/kolom/d-4686726/menuju-zero-waste-cities-tantangan-inklusivitas

https://aliansizerowaste.id/2019/07/08/8-kota-di-indonesia-siap-adaptasi-program-zero-waste-cities-untuk-kelola-sampah-dari-kawasan/

https://aliansizerowaste.id/2018/10/30/upaya-indonesia-dan-negara-lain-dalam-menyelesaikan-polusi-plastik/

https://www.econusa.id/id/ecostory/microplastic-found-on-13-locations-in-indonesian-waters#:~:text=Mikroplastik%20terbanyak%20ditemukan%20di%20permukaan,0.25%2D1.5%20partikel%20per%20gram.

https://nationalgeographic.grid.id/read/131249836/mengkhawatirkan-mikroplastik-ditemukan-dalam-garam-dan-ikan-di-indonesia?page=all

https://www.youtube.com/watch?v=7xmf_unGu6E

http://ypbbblog.blogspot.com/p/program-zero-waste-cities.html


#ZeroWasteCities

#KompetisiBlogZWC

#KompakPilahSampah

Minggu, 07 Februari 2021

Bahagia Tanpa TV



Kalo sebelumnya saya pernah membahas tentang pengaruh televisi bagi balita, kali ini saya akan membahas tentang salah satu solusinya yang saya terapkan. Alhamdulillah sudah sejak 6 bulan yg lalu berhasil meniadakan TV di rumah. Awalnya karena saya geram sejak si kecil susah dibilangin buat matiin TV padal sudah ada perjanjian sebelumnya kalo setelah acara favoritnya TV dimatikan (ini salah saya juga sih yang kurang tegas). Semakin hari ditolerir makin lama nontonnya. Saya biarin karena saya juga sibuk dengan pekerjaan rumah (Jangan ditiru ya gaees..) 

Puncaknya ketika dia sudah sering niruin hal buruk di TV, TV mau dimatiin dia marah-marah sedangkan adiknya waktu itu juga rewel, akhirnya saya bilang padanya untuk nonton TV sepuasnya, dan besoknya tidak ada lagi TV di rumah. Dia setuju tanpa memperhatikan konsekuensinya. Esoknya TV saya simpan, dia belum sadar, hanya merasa aneh, karena cuma bracket TV yg tertinggal. 

Lama-lama dia sadar, lalu tantrum. Saya ingatkan konsekuensi yg kemarin. Dia menyadari kesalahannya, tapi masih tantrum. Saya biarkan dia dulu. Setelah dia  tenang, baru saya jelaskan kalo saya sebenarnya sedih ketika dia berlama-lama nonton TV, sedangkan tayangan itu atau iklan-iklannya kurang baik baginya. Saat marah-marah dia melempar barang seperti tokoh yg ditontonnya, kadang juga teriak-teriak, rambutnya ingin dicat warna warni seperti yg diiklan, dsb. Saya jelaskan semua keresahan saya. Tapi itu tidak membuat tantrumnya berakhir selamanya. Beberapa hari berikutnya masih tantrum, tapi setiap kali dia bilang mau nonton TV, saya tanya alasannya kenapa kira-kira saya tidak mengijinkannya nonton TV lagi, dia cuma bisa diem karena tau itu kesalahannya dan masih meluapkan emosinya dengan menangis.

Seminggu setelah TV ditiadakan dia akhirnya berhenti tantrum. Mungkin pikirnya "percuma aku nangis gulung-gulung, TV gak bakalan nongol lagi". Berdamai dengan hilangnya TV, muncullah kreatifitasnya. Dari membuat karakter-karakter dari botol, menggambar apapun yg dia suka (padal saya tak pernah mengajarinya menggambar), membangun sebuah taman dari mainan-mainan yang dia punya, dan ide-ide lainnya yang tak terpikirkan sebelumnya. Dia juga senang sekali dengan buku walaupun belum bisa membaca. Dan kini di usianya yang 4,5 tahun dia juga sudah bisa membaca. Padahal saya tak pernah meluangkan waktu khusus buat ngajarin dia membaca. Saya hanya menempelkan poster suku kata seperti ini :
Dasarnya anak tipe visual kali ya, dan dia punya rasa penasaran yang tinggi. Penasaran dengan apa yang tertulis disitu, dia selalu bertanya. Kata-kata yang ada di buku, di poster, dimanapun itu ditanyainnya ke saya gimana bacanya. Dan tak terduga dia bisa membaca kalimat-kalimat yang ada di dalam buku walaupun masih terbata-bata.

Alhamdulillah, saya lega dan tidak pernah menyesal meniadakan TV di rumah. begitu pula dengan gadget/hp, tidak pernah saya install game. Tapi, screen time tetap ada untuk memberinya tayangan edukatif sebagai contoh baik yg layak ditiru, seperti Nussa dan Riko The Series. Itupun hanya 3 episode per hari, cuma diliat di laptop ayahnya, dengan perjanjian setelah ayahnya selesai kerja dan dia selesai mandi. Lagu anak-anak juga tetap saya perdengarkan tapi dengan media audio. Saya taruh file-filenya di microSD, lalu saya tancepin di speaker, dan disetel waktu subuh buat bangunin dia, biar makin semangat bangunnya. Saya isi murrotal juga di speaker buat hafalin Al-Qur'an dengan cara yg menyenangkan (sebenernya karena emaknya gk pinter ngaji sih.. selain itu biar dia waktu lafalin makhrojnya bener-bener pas, karna kalo udah terlanjur hafal dan makhrojnya ato panjang pendeknya salah, agak susah ngelurusinnya).

Jadi, intinya, jangan takut untuk meniadakan TV di rumah bisa memang tidak bisa meminimalisir dampak buruknya bagi anak-anak kita. Takut anak kita bosan, tantrum, itu juga yang saya alami. Dan itu pasti. Namun bagaimana cara kita menyampaikannya ke anak kita apa yang kita resahkan dan perbanyak waktu untuk bermain bersama anak-anak kita itu akan menjadi solusi yang efektif untuk mengatasinya. Selain TV masih banyak media lain yang lebih bermanfaat bagi anak-anak kita. Buku misalnya. Buku sekarang juga sudah lekat dengan teknologi. Kini sudah banyak buku-buku yang dilengkapi E-pen untuk membacanya (ini bisa mendampingi anak saat kita tak bisa membacakannya di sampingnya. 

Kalo tak ada TV dan game di HP apakah perlu beli banyak mainan mahal?
Tidak juga. Banyak sumber di internet yang berisi permainan edukatif yang dibuat dari barang bekas atau barang yang mudah kita temukan di rumah. Kalo punya printer di rumah juga banyak sumber yang menyediakan printable gratis untuk mendukung para ibu dalam memberikan permainan atau media pembelajaran edukatif bagi anaknya. Beberapa situs yang menyediakan printable gratis diantaranya :

Sekian sharing pengalaman dari saya, semoga bermanfaat.. 
Bagi orang tua yang sedang berjuang menghadapi anaknya dari pengaruh TV, selamat berjuang..
pepatah bilang "dimana ada kemauan disitu ada jalan"

Kamis, 26 Maret 2020

Pengaruh Televisi bagi Balita


Jaman sekarang ini televisi seakan menjadi barang wajib yang dimiliki setiap rumah. Bahkan si kecil yang belum beranjak 5 tahun pun seringkali dipertontonkan televisi (termasuk saya). Hah, saya?? Gak salah?? Gak malu apa ngisi Jumagi (salah satu program GEMAR RAPI) dengan tema ini sementara saya sendiri termasuk pelakunya?

Malu sih sebenarnya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur, jadiin bubur ayam aja. Maksudnya, sekaligus sharing pengalaman aja, agar orang tua lain lebih aware ketika anaknya disuguhkan televisi. Pepatah bilang kan pengalaman adalah guru yang terbaik. (alibi biar gk malu-maluin…hehehe..). 
Saya rasa hampir semua orang yang punya anak kecil tidak bisa lepas dari televisi. Apalagi saat virus Corona lagi merebak di seluruh dunia. Selain gadget, televisi jadi hiburan untuk mengusir rasa bosan yang melanda. Tetapi, sadar atau tidak televisi sebenarnya lebih banyak memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak kita. “Merusak, tapi dicintai”. Itu salah satu statement yang diungkapkan M. Fauzil Adhim dalam buku parentingnya. Saya tidak memungkirinya karena saya sendiri juga masih menjadikan televisi sebagai pengalihan saat anak makan (agar makannya lahap) atau saya sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sementara anak saya bosan dan saya tidak bisa menemaninya main.

Sebelum mengupas tentang pengaruh buruknya, ijinkan saya memaparkan pengaruh baiknya (biar sedikit terhibur dan mengurangi rasa bersalah waktu membiarkan balitanya menonton TV)

 Pengaruh Baik (dengan catatan yang nonton di atas 2 tahun)

1.       Mengedukasi dan memberi informasi (dikutip dari ibupedia.com)

*      Televisi bisa lebih efektif dibanding buku atau rekaman suara dalam mengajarkan sebuah proses pada anak seperti bagaimana menanam tumbuhan atau belajar alfabet.

*      Anak prasekolah yang menonton program informasi dan edukasi cenderung menonton lebih banyak acara informasi dan edukasi ketika bertambah besar. Mereka menggunakan TV secara efektif sebagai pelengkap pelajaran sekolah. Sebaliknya, anak yang menonton lebih banyak program hiburan akan lebih sedikit menonton program informasi ketika bertambah besar

*      Anak usia prasekolah yang menonton program edukasi cenderung lebih tinggi rankingnya, kurang agresif, dan lebih menghargai nilai belajar ketika mencapai sekolah menengah, berdasarkan sebuah penelitian.

Ketiga poin ini yang perlu digaris bawahi adalah program edukasi. Berarti apabila yang kita pertontonkan bukan program edukasi, melainkan hanya sekedar hiburan, terlebih tidak didampingi, jelas tidak ada pengaruh positifnya.



2.       Menstimulasi kemampuan bicara

Saya dan suami adalah tipe orang yang tidak terlalu banyak bicara. Ketika anak saya kemampuan bicaranya kurang, disamping saya sering mengajaknya ngobrol, saya coba pertontonkan lagu-lagu anak untuk menstimulasi kemampuan bicaranya. Dan itu berkembang cukup pesat. Tapi ini mungkin tidak berlaku bagi balita dengan gaya belajar kinestetik, karena fokusnya kurang untuk mencermati apa yang ditontonnya (hanya nonton sekilas, lalu bergerak kesana kemari).

3.       Bisa berimajinasi

Ini bisa memberikan efek positif atau malah negatif. Dengan tayangan yang ditontonnya, anak saya bisa berimajinasi dengan benda-benda di sekitarnya. Misalnya botol-botol bekas ia imajinasikan dengan tokoh kartun yang ditontonnya. Namun berimajinasi ini menjadi pengaruh buruk ketika sepanjang hari yang ia imajinasikan dan ia bicarakan adalah tokoh-tokoh di televisi

Ibarat bubur bayi instant, ketika judulnya tertulis “ayam kampung bayam”, bila dicermati di komposisi ayam kampung dan bayamnya tidak lebih dari 2%. Maka jangan harap bubur instan itu bisa menggantikan gizi yang dibutuhkan para balita. Begitu juga dengan televisi.

Pengaruh Buruk :

1.       Memperlambat perkembangan otak

Bayi di bawah 18 bulan belum bisa menghubungkan peristiwa yang ada di TV dengan yang ada di dunia nyata. Yang ada di pikiran mereka hanyalah gambar yang berubah-ubah dan bersuara. Otak mempunyai synaps (jaringan dalam otak yang membuat cerdas seorang anak) dan synaps sangat ditentukan oleh gerakan tubuh. Sedangkan menonton TV kebanyakan hanya duduk diam dan kurang begerak sehingga synaps tidak berkembang dengan baik.



2.       Bersikap pasif

Sering berdiam diri di depan televisi membuat si Kecil jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Sebab mata dan pikirannya fokus menatap layar kaca. Hal inilah yang membuatnya cenderung pasif kala berada di lingkungan sosial.



3.       Kurang aktifitas

Ketika menonton, si kecil akan lebih sering duduk atau rebahan di depan televisi. Ia pun akan jarang bergerak dan mengolah tubuhnya. Hingga kalori yang terbuang hanya sedikit dan bisa berujung pada kegemukan atau obesitas. Tapi ini tidak berlaku untuk anak saya. Nonton TV dan aktivitasnya bermainnya lebih sering duduk, makannya juga banyak nggak gemuk juga. Banyak faktor lain mungkin ya yang mempengaruhi.

4.       Radiasi televisi bisa mengganggu kesehatan mata

Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan fotokimia ada retina mata anak. Lensa mata anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya sinar biru. Karena itulah risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru terdapat pada usia dini.



5.       Mensalah artikan iklan

Kebanyakan anak di bawah 8 tahun tidak memahami kalau iklan digunakan untuk menjual produk (apalagi balita yang belum bisa menyaring informasi yang dilihat dan didengarnya). Yang si kecil lihat adalah produk itu membuatnya bahagia sehingga lama kelamaan dia pasti menginginkannya. Ada iklan jajan langsung dia pengen itu. Ada iklan susu, dia pengen juga. Sampai suatu saat saya sempat kaget dibuatnya karena ingin rambutnya warna warni seperti di iklan.



6.       Mempengaruhi perilaku

Tiga bulan pertama ketika saya melahirkan anak kedua saya mudik di kampung. Dan anak pertama saya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kakeknya. Namanya kakek, senang apabila cucu duduk di pangkuannya sambil nonton TV. Sayangnya beliau kurang memperhatikan apakah yang ditonton cucunya itu sesuai dengan usianya atau tidak. Yang penting judulnya kartun dan cucunya senang. Perilaku anak saya mulai berubah. Ketika dia marah, cemburu dengan adeknya, dia melempar-lempar barang sambil teriak-teriak. Dan suatu saat ketika saya memperhatikan apa yang dia tonton, tokoh utamanya suka melempar barang ketika marah. Miris saya melihatnya. Ketika saya mengkomunikasikan dengan ayah, beliau cuma mengiyakan. Saat saya berlalu yang disetel itu lagi. Sedih saya.

Terkadang ketika kita juga sudah mensortir tayangan di televisi yang layak untuk usia si kecil.namun, tetap ada perilaku negatif yang ditirunya. Misalnya ada tokoh utamanya berantakin mainan, dia bilang nanti saja merapikannya, mainannya rusak terinjak lalu sadar dan segera merapikannya, yg ditiru “nanti saja”nya. ini dikarenakan memang balita masih dalam bentuk perilaku meniru, belum bisa memilah informasi yang dia terima. Oleh karena itu kita perlu was-was apabila kita tidak mengetahui apa yang ditonton anak kita karena kita tidak tau apa yang dia serap dan apa yang dia tiru dari hal yang dilihatnya.



7.       Hilangnya empati, rasa sedih dan hilangnya penilaian buruk terhadap tindak kekejian.

Ini pengaruh yang paling parah menurut saya, yang bila dibiarkan akan memicu tindak kekerasan dan kejahatan. Kemaren sempat mendengar ada ABG yang membunuh balita tetangganya sendiri gara-gara terobsesi pada film horror yang ditontonnya. Ketika diinterogasi polisi pun dia tidak merasa menyesal katanya. Mungkin sejak kecil dia kurang diperhatikan orangtuanya, terlebih dengan apa yang ditontonnya.

Selain pengaruh buruk di atas sebenarnya masih banyak lagi pengaruh buruk yang ditimbulkan seperti menurunnya kecerdasan dan sebagainya. Yang jelas kita sebagai orangtua minimal menyadari dan mulai meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.

Bagaimana caranya?

1.       Tiadakan televisi di rumah

Ini adalah cara yang paling simpel tapi paling sulit diterapkan. Setuju?

Tapi apabila menerapkan ini, orangtua juga harus mempunyai alternatif lain, seperti buku-buku bacaan, memberinya permainan edukatif sesuai dengan gaya belajarnya, menemaninya bermain, dan harus lebih memperhatikan anaknya. Jangan sampai meniadakan televisi di rumah, tapi kurang memperhatikan anaknya. Sehingga anak lari ke rumah tetangganya, atau teman-temannya sekedar untuk nonton TV. Parahnya apabila yang ditonton tetangganya itu sinetron yang sama sekali tak layak untuk anak-anak.  

2.       Batasi waktu menonton TV

Usia balita sebaiknya sehari tidak lebih dari satu jam untuk menonton televisi. Tapi karena balita belum mengerti konsep waktu, kita sesuaikan dengan apa yang ia mengerti. Misalnya, “habis tayo dimatikan ya, waktunya tv istirahat”.

3.       Menyortir tayangan yang baik dan layak untuk usianya

Sekali lagi karena balita menyerap semua informasi yang diterimanya, seperti spons yang menyerap air, jadi seminimal mungkin kita menyajikan tayangan yang tidak terdapat kekerasan didalamnya dan ada nilai edukasinya.

4.       Dampingi ketika nonton dan membantu memahami apa yang ditonton anak.



Sumber :






Mohammad Fauzil Adhim. 2015. Positive Parenting. Yogyakarta: Pro-U Media

Pengalaman pribadi

Kamis, 05 Maret 2020

GEMAR RAPI, Bukan Sekedar Rapi

Apa itu Gemar Rapi ?
Gemar Rapi adalah sebuah organisasi yang didalamnya melingkupi metode gerakan,produk jasa dan komunitas yang memiliki sikap/tindakan yang aktif dan positif dengan menggunakan pengetahuan yang menyeluruh yang sesuai dengan kaidah berbenah efektif, kesehatan, keamanan, serta selaras dengan alam (dikutip dari gemarrapi.org). 
GEMAR RAPI itu sendiri merupakan akronim dari GErakan MenatA negeRi dari RumAh dan PribadI. 
Jadi, dari pengertiannya, sudah jelas ya, bukan sekedar membuat rumah RAPI, tapi juga harus memperhatikan standar kesehatan, keamanan, dan selaras dengan alam. 

Gemar Rapi memiliki salah satu program yaitu Gemari Pratama, yg secara intensif membimbing pesertanya untuk berbenah, dengan meninjau segala aspek di atas. 

Saya dapat informasi mengenai Kelas Gemari Pratama ini dari salah satu teman di Grup Whatsapp.  Mulanya saya kurang tertarik karena saya pikir "masak beres-beres aja ada kelasnya, selama 4 bulan pula, apa aja yg dipelajari". 

Kemudian suatu saat ketika jenuh dengan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya (emang karna sering ditunda-tunda sih, dengan berbagai alasan yang akhirnya gak kelar-kelar), dan sedih karena nerapin zero waste tapi masih maju mundur (banyak mundurnya malahan) aku isenk tanya lagi ke temenku, trus dikasih nomer temennya yang dulu jadi fasilitator ketika dia ikut kulwapp. Dari temennya temenku itu ternyata udah ga jadi fasil lagi, trus dikasih link webnya, barulah aku menemukan jawabannya disana. Setelah membaca sampai akhir penjelasan di webnya, semacam ada lampu terang kepalaku "Aha !!! ini yang selama ini aku cari" (lebay mode:on)

Dan setelah baca kurikulumnya ternyata buanyak banget ilmu yang perlu dipelajari, dan ini juga sejalan dengan zerowaste yang ingin aku terapkan dan belum-belum sudah terbayang buanyak hal yang ingin aku tanyakan. Semoga aku bisa mengikuti kelasnya sampe akhir walaupun dengan mencuri-curi waktu di kala 2 bidadari kecilku tidur.

Semoga dengan mengikuti kelas Gemari Pratama ini kehidupanku jadi lebih rapi, efektif, produktif dan efisien seperti tujuan dari Gemar Rapi. 

Sekian, segitu dulu, semoga bermanfaat...



Kamis, 14 Februari 2019

Sampahmu Buayamu


Beberapa waktu lalu kita mendengar paus mati di wakatobi dengan perutnya yang penuh dengan sampah. Di berbagai media kita juga sering mendengar sampah yang selalu overload di Tempt Pembuangan Akhir (TPA), dan itu seperti hal yang biasa. Di Jogja misalnya, sejak 2012 lalu TPA Piyungan sudah overload, namun ratusan ton sampah tetap dipaksakan masuk setiap harinya. Dan yang paling memprihatinkan Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Sampai-sampai, ikan teri dan garam yang kita konsumsi sehari-hari pun tercemar mikroplastik. Ini bukti bahwa Indonesia sebenarnya sudah DARURAT SAMPAH PLASTIK.



Tak hanya sampah plastik yang membawa bencana, sampah organik pun juga membawa masalah ketika sudah berada di TPA. Sering ada berita pemulung tewas tertimbun sampah akibat ledakan gas metana di TPA. Metana sendiri merupakan gas/cairan yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik. Gas metana apabila tertutup rapat oleh plastik akan mudah meledak. Sementara 45-60% volume gas di TPA adalah gas metana. Metana cair juga mudah meledak apabila diberi tekanan tinggi. Oleh karena itu bagi yang membuang sampah organik (sisa makanan/sayuran/botol yang masih ada bahan organiknya di dalam) tolong jangan dibungkus/ditutup terlalu rapat agar tidak mudah meledak ketika membusuk di TPA.

Intinya, baik sampah anorganik maupun organik tetap merugikan bagi kita, orang lain dan jutaan makhluk hidup lain apabila kita tidak mengurangi/mengelolanya dengan baik. Itulah yang saya maksud dengan “Sampahmu Buayamu”
Lantas bagaimana solusinya ?


“BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA SAJA TAK CUKUP”

Itu yang dikatakan mbak Silvi, pemateri seminar zero waste yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Buang sampah pada tempatnya itu hanya membuat rumah kita, lingkungan kita atau tempat-tempat umum bersih, namun tetap kotor di tempat lain, di tempat sampah itu dipindahkan. Buang sampah pada tempatnya hanya memindahkan sampah, tidak mengurangi jumlah sampah. Sementara kita terus buang sampah tiap hari, di TPA-TPA itu sampah-sampah terus menggunung sampai overload dimana-mana. Apabila sampah kita sampai ke laut pun menjadi bencana bagi milyaran hewan laut dan akhirnya kembali ke kita.

Jadi cara yang paling efektif adalah menerapkan ZERO WASTE atau bebas sampah. Kedengarannya mustahil kalau Indonesia bebas sampah. Tapi itu bisa dilakukan bila semua elemen masyarakat sadar akan bahaya yang ditimbulkan sampah-sampah itu. Dan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri. Mengenai penerapan zero waste, DK.Wardhani menuturkan ada 3 cara yang bisa dilakukan, yaitu : Cegah, Pilah, Olah (keterangan lebih lanjut baca referensi ke-8).

Dari ketiga cara di atas, yang paling mudah diterapkan yaitu cegah, dalam artian mencegah sampah plastik masuk ke rumah kita. Mengapa sampah plastik? SAMPAH PLASTIK membutuhkan waktu MINIMAL 500 TAHUN untuk bisa TERURAI. Itupun apabila terkena sinar matahari (fotodegradasi). Buktinya yang sempat viral beberapa waktu lalu, ditemukan sampah kemasan shampo sachet tahun 80’an yang masih utuh kecuali ujungnya yang disobek saat pemakaian. Sementara sampah plastik yang paling banyak beredar di Indonesia adalah kantong plastik. KLHK menyebutkan 1 juta kantong plastik digunakan per menitnya.Padahal kantong plastik itu rata-rata hanya digunakan selama 15 menit lalu dibuang.


Setelah dibuang terkubur di tanah ratusan tahun, atau terombang-ambing di laut dan tertelan oleh ikan besar, atau terpecah menjadi mikroplastik dan masuk ke perut ikan-ikan kecil, atau menyatu dengan garam dan kemudian kembali lagi ke kita dengan mengkonsumsinya.



Oleh karena itu cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang beredar adalah dengan mencegahnya masuk ke rumah kita yaitu dengan BAWA WADAH SENDIRI saat berbelanja. Bawa kantong sendiri saat beli sayur atau keperluan lainnya. Tidak harus beli, bisa pakai tas kain yang dapat dari kondangan, tahlilan, seminar atau tas lain yang ada di rumah. Bawa kotak makan/rantang/t*pperware/mangkuk saat beli makanan, terutama makanan panas dan berkuah, bawa botol minum saat beli jus atau minuman lain. Ribet sih kelihatannya, tapi keribetan yang sebentar itu bisa membuat tanah bernafas lebih lega setidaknya 500 tahun ke depan, keribetan yang sebentar itu bisa menyelamatkan milyaran nyawa makhluk hidup yang sulit membedakan mana makanan mana sampah plastik, keribetan yang sebentar itu bisa menyelamatkan manusia dari racun yang ditimbulkan oleh asap pembakaran sampah plastik, keribetan itu bisa menyelamatkan bumi kita.

Ada sebagian kecil orang yang sudah melakukan langkah ini. Mereka saya sebut sebagai ECOHERO. Tapi justru banyak respon negatif yang mereka dapatkan dari orang di sekitarnya. Ada yang dicandain “lamaran anaknya nanti gak diterima lho kalo gak pake kresek” atau dibilang “gak elok kalo gak pake wadah” kadang juga dikira mau piknik, dan yang paling parah dianggap orang aneh, jadi bahan pembicaraan seisi pasar, sampai orang pasar hafal dan menyebutnya “mbak yang gak mau pake plastik”. Meski demikian mereka tetap tegar dan konsisten melakukannya karena memang mereka melakukan hal yang benar. Hanya saja orang-orang yang mengolok-olok itu yang tidak tau mengenai bahaya yang ditimbulkan dari sampah plastik. Oleh karena itu agar lebih banyak orang yang sadar dan zero waste menjadi sesuatu yang lazim, dan lingkungan kita jadi lebih bersih dan sehat tentunya, ayo kita adakan zero waste challenge (tantangan untuk menerapkan zero waste).

Zero Waste Callenge


Bagi yang ingin memboomingkan zero waste dengan mengikuti zerowaste callenge, caranya gampang banget. Kalian foto/video waktu menerapkan zero waste (tak hanya bawa wadah sendiri, tapi bisa juga dengan membuat ecobrick, ecoenzym, komposter dll) lalu diposting ke berbagai sosmed yang kalian punya. Beri tagar #zerowastecallenge. Memang challenge ini tidak ada hadiahnya. Juga berat tantangannya karena kalian mungkin akan dapat respon negatif dari beberapa pihak seperti yang saya ceritakan di atas. Tapi yakinlah dan tunjukkan bahwa hal yang kita lakukan itu benar. Jangan langsung banting setir 100% menerapkan zero waste juga kalo kalian tak sanggup, semua yang pakai plastik langsung di stop misalnya. Nanti malah berujung stress. Kita masih belum bisa lepas dari plastik. Karena hampir semua barang yang kita beli dikemas dengan plastik.Saya pun juga bukan orang yang anti plastik. Tapi kita bisa meminimalisirnya masuk ke TPA, dengan bawa wadah sendiri, atau bila lupa, kresek atau kemasan plastik yang ada di rumah kita bisa dibersihkan dan dibuat menjadi ecobrick.



Untuk yang ingin tau lebih lanjut tentang zero waste kalian bisa lihat di zerowaste.id atau di akun instagram @zerowastenusantara atau bisa gabung juga di grup zero waste nusantara indonesia.

Dengan ikut serta dalam callenge ini kalian sudah menjadi bagian dari ecohero, pahlawan yang menyelamatkan lingkungan. Bukan melebih-lebihkan, tapi sekecil apapun hal yang kalian lakukan untuk lingkungan dan menggaungkannya ke orang lain sehingga diikuti oleh banyak orang, akan mengalirkan pahala yang tak henti-hentinya serta berdampak besar bagi kehidupan kita. Tidak hanya sekedar seru-seruan, tapi juga bermanfaat bagi kita semua. Jadi, sekarang saya tanya kepada semua pembaca, BERANI MENERIMA TANTANGAN?


NB:

Semua keterangan yang saya tulis berdasarkan referensi di bawah ini. Bila ada keterangan yang tidak benar mengenai tulisan ini silahkan diralat dan sertakan pembenarannya pula. Jadilah komentator yang baik, yang tidak hanya menyalahkan, tapi juga memberi tau kebenarannya serta referensi penguat kebenarannya.


Referensi :

  1. (http://www.tribunnews.com/regional/2018/11/21/dari-gelas-plastik-hingga-tali-rafia-berikut-sampah-isi-perut-paus-sperma-yang-mati-di-wakatobi).
  2. https://www.liputan6.com/news/read/2828193/pemulung-tewas-tertimbun-sampah-di-bantargebang
  3. (https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4013078/overload-ratusan-ton-sampah-dipaksakan-masuk-tpst-piyungan).
  4. https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/berapa-lama-sampah-plastik-dapat-terurai-62
  5. http://www.ampl.or.id/digilib/read/konsentrasi-metana-antara-lel-dan-uel-dapat-menyebabkan-ledakan-di-tpa-sampah/21240
  6. https://www.viva.co.id/berita/nasional/289365-tempat-pengelolaan-sampah-di-denpasar-meledak
  7. https://www.geologinesia.com/2018/01/gas-metana.html
  8. https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/09/100306120/manajemen-sampah-di-rumah-dengan-cegah-pilah-olah-ini-caranya
  9. https://sains.kompas.com/read/2018/11/30/114854723/ancaman-makin-nyata-garam-dan-ikan-teri-juga-tercemar-plastik-mikro#utm_source=insider&utm_medium=web_push&utm_campaign=ancaman_plastik_301118_12.30&webPushId=MjUyMA==
  10. http://nakita.grid.id/read/02929565/viral-foto-sampah-kemasan-sampo-tahun-80an-kondisinya-masih-utuh?page=all
  11. https://zerowaste.id/waste/ecobricks/

Kamis, 19 Mei 2016

Cara Menampilkan Pesan WhatsApp di Komputer tanpa perlu Menginstall Aplikasi

Terkadang kita mempunyai pesan atau artikel penting di grup WhatsApp, dan kita ingin menyimpannya. Selain kita bisa menyimpannya di HP, kita bisa menyimpannya di komputer atau laptop kita tanpa perlu mengetik ulang atau menginstall aplikasi agar whatsApp bisa dibuka di komputer kita. Modal utamanya cukup koneksi internet di komputer kita. OK, langsung saja. Berikut langkah-langkahnya :
  1. Pastikan komputer/laptop terkoneksi dengan internet
  2. Buka situs https://web.whatsapp.com/ seperti di bawah ini : 
  3. Buka aplikasi whatsApp di HP à setting à WhatsApp Web
  4. Disitu akan muncul QR code scanner, kemudian arahkan kamera HP ke QR code yang ada di komputer, maka tampilan akan berubah seperti berikut :
Secara otomatis pesan  whatsApp yang ada di HP kita akan muncul. Dan kita dapat mengcopy atau menyalin pesan yang ada di whatsApp ke komputer kita atau ke blog untuk dibagikan ke yang lain agar lebih bermanfaat.

Untuk keluar dari whatsApp web, tinggal klik icon di pojok kanan atas bagian chat seperti gambar berikut, kemudian klik logout.


Selasa, 10 Mei 2016

~ Bukan Kitab Biasa ~

Kira-kira kitab apa yang bisa dikategorikan bukan kitab biasa?
Kitab apa yang paling spesial di muka bumi?

Yupzz… 100 buat yang bisa nebak !!!
Itulah Al-Qur’an. Kenapa Al-Qur’an itu bisa dikatakan bukan kitab biasa? Kenapa Al-Qur’an itu dikatakan spesial?
Karena Al-Qur’an merupakan kitab tertinggi dan termulia diantara kitab-kitab yang lain karena Al-Qur’an adalah kalamullah yang Allah diturunkan untuk kita sebagai petunjuk hidup. Oleh karena itu, cara memperlakukannya tidak boleh sembarangan, tidak boleh asal naruh, asal baca, bahkan mendengarkanya tidak boleh asal-asalan agar kita bisa dapat manfaatnya.
Jadi, disini saya akan membahas tentang adab terhadap Al-Qur’an yang terkadang kita sepelekan, tapi sebenarnya penting untuk kita terapkan. Berikut beberapa adab terhadap Al-Qur’an yang saya ambil dari beberapa sumber. Untuk lebih memudahkan, saya membaginya menjadi 3 bagian, yaitu:  
a.       Adab Memperlakukan Al-Qur’an
1.      Tidak mensejajarkan AlQur’an dengan sesuatu yang lebih rendah.
Perlakuan  seperti  ini  terkadang  terjadi  tanpa  kita  sadari. Misalnya,  meletakkan  AlQur’an  di atas  sajadah  yang kita duduki atau meletakkan Al-Qur’an di tempat yang sejajar dengan kaki kita.  Hal  ini, terkesan mensejajarkan Al-Qur’an dengan sesuatu yang rendah, walaupun  kita  tidak  berniat seperti itu. Karena Al-Qur’an adalah kitab tertinggi yang merupakan perkataan Allah, maka hendaknya Al-Qur’an diletakkan di rak, atau tempat yang tinggi namun mudah dijangkau oleh tangan kita, agar memudahkan kita untuk mengambilnya ketika hendak membaca.
2.       Menyentuh Al-Qur’an dalam keadaan suci
Maksudnya, dianjurkan menyentuh Al-Qur’an ketika kita sudah berwudhu, atau wudhunya masih belum batal. Allah Ta’ala berfirman : “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al-Waqi’ah:79). Orang yang berhadats besar atau kecil tidak boleh menyentuh mushaf Al-Qur’an baik seluruh atau sebagiannya. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 17: 127).
3.       Tidak  membiarkan  AlQur’an  dalam  keadaan  terbuka  jika  tidak  dibaca  atau  saat berbicara. 
Dalam  membaca  AlQur’an,  hendaknya  fokus  untuk  membacanya.  Jika  harus memulai  suatu  pembicaraan  yang  penting,  kita  dapat  menutup  AlQur’an  selama pembicaraan  itu  berlangsung,  kemudian  membukanya  kembali.  Karena  AlQur’an  tidak seperti  bukubuku  lainnya,  maka  membaca  AlQur’an  tidak  bisa  seperti  membaca  buku bacaan, dengan kata lain harus memperlakukannya dengan baik.

b.      Adab Membaca Al-Qur’an
Nabi Saw. bersabda,”Satu huruf dari membaca Al Quran, akan diberi Allah pahala 10 kebajikan”.

1.       Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang
2.       Membaca  ta’awudz / isti’adzah  saat  memulai  membaca  AlQur’an 
(bacaan ta’awudz/isti’adzah : “audzubillahiminassyaithoonirrojiim”)
Allah Ta’ala berfirrman yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alllah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
3.       Fokus terhadap bacaan.
Hendaknya kita tidak membaca Al-Qur’an sambil tidur atau melakukan aktivitas lain selama membaca. Sebab  otak  kita  tidak  dapat  membagi  konsentrasi  dalam  melakukan  2  hal  sekaligus.
4.       Membaca dengan tajwid yang benar.
5.       Membaca  AlQur’an menghadap  kiblat. 
Hal ini  memang  tidak  terlalu  diharuskan dalam  membaca  AlQur’an.  Namun,  untuk  lebih  khusyu’  saat  membaca  AlQur’an, sebaiknya membaca AlQur’an dengan menghadap ke kiblat
6.       Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad)                
7.       Membaguskan suara ketika membacanya
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan
kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar
kemampuannya.
8.       Mengamalkan apa yang terkandung dalam AlQur’an.

c.       Adab  Mendengarkan Al-Qur’an
Bersikap tenang, diam dan khusyu’  dalam mendengarkan, agar kita mendapat rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firmanNya dalam QS Al-A’raf:2 yang berbunyi : “Dan apabila dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah agar kalian dirahmati”


Daftar Pustaka :
Yusuf, Abu Hudzaifah. 2008. Adab Membaca Al-Qur’an (Online), (https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html) diakses pada 9 Mei 2016
Wahana, Nurul. 2014. Adab terhadap Al-Qur’an. (Online), (http://www.iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=2&id=119) diakses pada 9 Mei 2016.
Riyang. Adab Membaca Al-Quran (5) Adab Pendengar. (Online), (http://www.qonita.info/adab-membaca-al-quran-5-adab-pendengar/) diakses pada 9 Mei 2016.
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2015. Tidak Boleh Menyentuh Al-Qur’an kecuali Orang yang Suci (Online), (https://rumaysho.com/11234-tidak-boleh-menyentuh-al-quran-kecuali-orang-yang-suci.html) diakses pada 9 Mei 2016.