Senin, 19 Juli 2010

BILL GATES, Si Genius Miliarder



Bagaimana caranya bisa menjadi orang terkaya di AS sebelum berumur 40 tahun? Pada kasus Bill Gates, barangkali intensitaslah yang menjadi kuncinya. Intensitas yang dalam satu sisi menghasilkan banyak prestasi positif, tapi pada sisi lain memakan korban di sana-sini. Ia adalah contoh pribadi yang berbakat, beruntung, dan berambisi yang menganggap hidup adalah perlombaan.

B
ila Anda pemakai komputer pribadi (PC) hampir dapat dipastikan Anda mengenal MS DOS. Tanpa itu, komputer Anda tidak akan “hidup.” MS DOS, sistem pengoperasian komputer keluaran Microsoft digunakan oleh hampir seluruh pemakai PC di seluruh dunia yang jumlahnya mencapai 120 juta, ada yang memperkirakan 140 juta (di tahun 1994-Red). Boleh dikata inilah salah satu kunci keberhasilan Microsoft di dunia industri perangkat lunak.
Bill Gates, “the boy billionaire”, memang selalu mendahului orang lain. Pada usia 35 tahun, ia sudah dipandang bagai “dewa” oleh dunia industri komputer. Pada musim panas 1991, orang sampai antre sepanjang dua blok perumahan untuk mendengarkan pidatonya tentang masa depan industri komputer. Newsweek menyebut nilai nilai Microsoft yang didirikannya saat ia berusia 19 tahun itu, mencapai AS $ 4,5 miliar di tahun 1994.
            Karena visinya, Bill Gates selalu mempunyai rencana besar. April 1994, ia membuat orang terpana ketika mengumumkan proyek bersama Craig McCaw dari McCaw Cellular Communications, perusahaan telepon selular terbesar di dunia, untuk meluncurkan 840 buah satelit di atmosfer bumi pada tahun 2001 yang cakupan layanannya 95% dari seluruh bumi.
Tidak lama kemudian, ia dikabarkan berkunjung ke Beijing karena Jiang Zemin, Presiden Cina, memintanya membantu Cina mengembangkan industri informasi negara berpenduduk terpadat di dunia.
Sementara itu, Microsoft juga membuat kontrak kerjasama dengan Nippon Telegraph & Telephone, perusahaan telepon kedua terbesar di dunia. Boleh dikata derap langkah hidup Bill selalu ngebut.



Goyang Sejak Balita
Bill memang dilahirkan dalam keluarga yang punya banyak bakat dan keberuntungan. J.W.Maxwell, sang kakek buyut dari pihak ibu, adalah banker yang menonjol. Anaknya, James Willard Maxwell, menjadi wakil presiden Pasific National Bank yang kini telah beralih nama menjadi First Interstate, bank kesembilan terbesar di AS. Keluarga Maxwell adalah pemuka masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan social. Mereka bahkan mewarisi Bill Gates dana sebesar AS $ 1 juta. Namun, keluarga Maxwell terkenal tidak suka pamer kekayaan. Mereka hidup biasa-biasa saja.
            Putri mereka, Mary, menikah dengan Bill Gates Jr., seorang pengacara. Kalau Mary senang bergaul dan lincah, Bill lebih serius dan pemalu. Namun soal ambisi, Bill tak kekurangan. Dialah orang pertama yang meraih gelar sarjana dalam keluarganya.
            Setelah menikah mereka pindah ke Seattle. Tahun 1954 lahir anak sulung, Kristi, dan setahun kemudian, 28 Oktober 1955, anak laki-laki mereka satu-satunya, William Gates III. Di rumah ia disebut Trey, “si nomor tiga”, namun dunia luar mengenalnya sebagai Bill. Entah kebetulan atau tidak, pembawaannya selalu cocok dengan bintangnya, Scorpio: agresif, makin bersemangat bila ada konflik, suasana hati gampang berubah, senang mendominasi orang lain, dan mempunyai sifat kepemimpinan yang mat kuat. Trey Gates telah melalap habis ensiklopedia dari A – Z ketika berusia 7 – 8 tahun.
            Ia memang amat energetik. Semasa masih bayi, ia bisa menggoyang-nggoyangkan ayunannya sendiri sampai berjam-jam. Sebagai balita, Trey gemar sekali “memacu” kuda-kudaannya. Sampai kini ia akan menggoyang-nggoyangkan tubuhnya saat berkonsentrasi penuh. Malah di Microsoft, sudah biasa bila dalam diskusi intens dengan sang bos, semua manajer ikut goyang-goyang di kursi masing-masing!
            Selain acak-acakan, Bill alias Trey pun sudah punya reputasi nyentrik sejak kecil. Ambisinya amat besar untuk selalu jadi nomor satu. Di kelas 4, ketika harus menulis laporan sepanjang 4 – 5 halaman tentang bagian tubuh manusia, ia membuat lebih panjang dari itu. Untuk tugas cerita pendek sepanjang dua halaman, Trey menyetor lima kali lipat panjangnya. Semangat kompetitifnya yang kelewat tinggi membuat hidup baginya adalah perlombaan. Dari permainan sepele, pe-er di sekolah, hobi, apalagi pekerjaan. Ditunjang IQ-nya yang tinggi, ia memang jarang sekali kalah, termasuk dalam soal main poker yang taruhannya sampai ribuan dolar semasa ia masih mahasiswa.
            Pada usia 11 tahun, untuk urusan matematika dan sains Trey sudah jauh mendahului rekan-rekan sebaya. Maka tidak seperti kakanya yang tetap meneruskan sekolah lanjutan di sekolah negeri, ia dimasukkan ke sekolah swasta bergengsi khusus pria di Lakeside. Sekolah paling eksklusif di Seattle ini sarang anak-anak keluarga paling berkuasa dan berduit di sana.
            Banyak lulusan Lakeside yang nantinya menjadi pemuka masyarakat. Sekolah ini demikian kompetitif sehingga, “Yang bodoh pun sebenarnya pintar,” ujar salah seorang lulusannya. Di sini murid-murid yang luar biasa memperoleh perhatian khusus, dukungan, dan semangat. Mereka diberi keleluasaan dan fasilitas walaupun mungkin jauh di luar batas aturan resmi sekolah. Agaknya keputusan orang tua Bill memang tidak keliru.

Mabuk Kepayang Pada Komputer
Masa depannya mulai terukir ketika di akhir tahun pertamanya, awal musim semi 1968, sekolah Lakeside membeli sebuah mesin jenis teletype, semacam mesin ketik, yang menghubungkan pemakai di Lakeside dengan sebuah minikomputer PDP-10 milik General Electric di tempat lain. Lakeside memang sekolah pertama di AS yang mempunyai fasilitas komputer. Si pemakai mengetikkan perintahnya, menunggu sebentar, lalu mesin teletype akan mengetikkan jawaban yang diberikan PDP-10.
            Kedua mesin dihubungkan lewat jalur sambungan telepon. Untuk itu, Lakeside harus membayar sewa pakai PDP-10 yang tergantung pada lamanya pemakaian, disebut waktu komputer. Untuk menyediakan dana sewa waktu komputer itu, Lakeside Mothers Club sampai mengadakan penjualan barang bekas sehingga terkumpul AS $ 3.000. Maksudnya, untuk biaya sewa komputer selama setahun.
            Siapa nyana bagi segelintir siswa, termasuk Bill, komputer ini bagaikan bidadari jelita yang membuat mereka mabuk kepayang. Mereka bersaing keras berebut waktu komputer. Berhubung pengetahuan staf guru di Lakeside masih amat terbatas, boleh dibilang anak-anak ini lebih banyak belajar sendiri.
            Hanya dalam waktu beberapa minggu, dana hasil kerja keras para ibu habis ludes sehingga para orang tua diharuskan menombok. Di sinilah, Bill mulai mengasah kemampuannya menyusun program. Dari permainan sederhana, meningkat ke permainan monopoli. Latar belakang matematikanya yang amat kuat membuat dunia komputer bagi Bill seperti air bagi ikan. Ia hanyut dalam kenikmatan dunia binary, dunia 0-1, 0-1.
            Bakat besarnya dalam matematika terbukti ketika ia meraih angka sempurna 800 dalam tes bidang matematika. Menurut Fred Wright, ketua departemen matematika Lakeside pada zaman Bill, “Ia dapat mengambil jalan pintas pada soal-soal komputer atau aljabar, menemukan pemecahan yang paling sederhana, dan istimewanya ia juga berprestasi bagus di semua bidang”.
Ketika dahaganya akan matematika tidak kunjung terpuaskan, ia pun mengikuti kuliah matematika lanjut di University of Washington sementara status resminya masih pelajar SMU Lakeside.
Di dalam, Bill memang bagaikan petualang energetic yang sedang menembus dunia baru, tapi dari luar ia tak lebih dari anak kerempeng tidak terurus. Kuku jarinya dibiarkan tumbuh panjang, pakaian sembarangan. Bill bukan orang yang sungkan menunjukkan kebolehan. Ia tidak sabaran. Orang merasa terintimidari oleh kecerdasannya. Bahkan terhadap guru pun, ia tidak segan berdebat dan bertengkar di depan kelas. Sudah tentu banyak yang kesal juga pada si genius nyentrik ini.
Namun, Bill memang punya irama tersendiri. Bersama Paul Allen, sobat kental yang 2 tahun lebih tua, Ia mengajak Richard Weiland dan Kent Evants kecil membentuk Lakeside Programmers Group. Kelompok kecil ini bertujuan mencari peluang bisnis bagi komputer. Padahal keempat orang itu baru setara dengan kelas 2 SLTP dan 1 SMU!

Diterima di Harvard Sebelum Lulus SMU
Bill dan kawan-kawan kemudian disewa oleh Komputer Center Corporation yang mereka sebut C-Cubes untuk mencari kelemahan program-program mereka. Sebagai balas jasa, mereka diizinkan menggunakan sistem komputer C-Cubes secara cuma-cuma pada akhir minggu atau malam hari. Ini sungguh pucuk dicinta ulam tiba. Di C-Cubes, Bill tidak Cuma membangun reputasi sebagai ahli menjebol sistem keamanan komputer. Dengan cara ini, ilmu Bill dan kawan-kawan semakin terasah tanpa harus mengeluarkan biaya lagi.
            Saking tergi-gilanya, Bill terys-menerus bergadang dan lupa segala urusan sehingga membuat orang tuanya khawatir. Mereka sempat menyuruhnya putus hubungan selama 9 bulan dengan komputer. “Saya mencoba jadi anak normal,” kata Bill.
            Walaupun tampak nyentrik, Bill sebenarnya remaja normal bagi yang kenal dekat. Bedanya, ia kaya dan sudah pintar cari duit sejak kecil. Ketika baru berusia 16 tahun, ia sudah bisa membeli mobil Mustang merah baru. Dengan mobil bergaya itu, ia dan gengnya suka membolos pada jam pelajaran untuk kebut-kebutan sampai berjam-jam. Ia juga gemar menonton bioskop, jajan hamburger, main pinball, bermain ski air, bahkan berlayang gantung.
            Toh ia tetap berbeda. Di kelas 11 (setara dengan SMU kelas 2), Bill berkata pada Paul Carlson, teman main yang nantinya menjadi salah seorang dari tiga pemrogram pertama Microsoft, ia bakal menjadi jutawan pada usia 30 tahun.
            Bahwa komputer sungguh mengucurkan uang pertama kali dirasakan oleh Bill, ketika ia dihubungi oleh perusahaan raksasa ternama untuk bidang pertahanan, TRW. Nama Bill Gates dan Paul Allen rupanya terlacak oleh TRW sebagai dua orang ahli debugging. (Bug adalah istilah untuk kesalahan dalam perangkat lunak). Mereka menyewa jasa kedua bocah ini untuk melacak sekalian sekalian menyembuhkan berbagai “penyakit “ dalam perangkat lunak komputer mereka.
            Demikianlah, kecil-kecil keduanya sudah digaji sebagai “dokter“ perangkat lunak. Bill mendapat izin cuti dari Lakeside selama semester kedua dari 3 semester terahirnya di sana untuk bekerja di Vancouver, Kanada, yang Cuma 2 jam jauhnya dari Seattle. Di sana pula ia pertama kalinya belajar menjadi programmer komputer yang serius. Allen pun, yang masa itu sudah kuliah di University of Washington di Pullman, ikut cuti kuliah.
            Musim semi 1973, Bill diterima di Harvard untuk periode musim gugur yang masih ½ tahun lagi. Tetapi, ia harus pulang dulu ke Seattle untuk mengambil semester terakhirnya di SMU yang diselesaikannya dengan gampang. Kepada Bill Hucks, teman sekelasnya, sehabis bermain squash yang dimenangkan Bill, ia berkata, “Saya akan mencetak 1 juta saya yang pertama pada usia 25 tahun.” Itu dikatakannya dengan nada biasa-biasa saja, seperti mengatakan ia besok akan pergi ke luar kota.
            Universitas yang didirikan pada tahun 1636 ini amat koompetitif dan sudah menelurkan banyak orang top. Namun, Bill sendiri masuk ke sana tanpa tujuan jelas. Orang tuanya hanya menekankan ia harus bersekoleh secara urut, dari S1 dulu, baru S2, seperti orang “normal” lainnya. Namun, ketika mendaftar, Bill sudah memperoleh izin dari universitas untuk mengambil mata kuliah tingkat S1 dan S2 sekaligus. Izin semacam ini memang biasa untuk mahasiswa yang dinilai amat berbakat. Untuk bidang utama, ia memilih hukum, walaupun tidak ingin menjadi pengacara.



Mimpi pun tentang Komputer
Sikap belajarnya sama saja seperti ketika di Lakeside: kerja keras pada bidang kesukaannya, santai-santai pada bidang yang tidak ia sukai. Tapi, berhubung ia begitu cerdas, hasinya tetap saja bagus. Misalnya salam saja dalam mata kuliah sastra Yunani di tingkat 1, ia tertidur dalam ujian, tapi tetap berhasil memperoleh nilai B.
            Bahwa ia sampai tertidur di kelas tidak mengherankan karena Bill mempunyai kebiasaan tidur yang amat aneh. “Ia melek sampai 36 jam atau lebih, kemudian tidur selama 10 jam, bangun, membeli pizza, lalu bekerja lagi, walaupun pada pukul 03.00,” demikian cerita Sam Znaimer, salah seorang teman sekamarnya.
            Boleh dikata, Bill menganut pola hidup yang amat amburadul. Ia tidak pernah memerlukan seprai. Begitu tertidur sambil menutup kepala dengan selimut, ia akan terlelap, tidak peduli pukul berapa atau betapapun bisingnya. Ya, tidur pun ia lakukan dengan intens.
            Namun jelas, sebagian besar energinya dikeluarkan untuk komputer. Ketika masih di tingkat 1, berminggu-minggu ia habiskan untuk merancang program permainan baseball. Bahkan dalam tidur pun, ia bermimoi tentang komputer. Kawan-kawannya pernah mendengar Bill mengigau pada pukul 03.00, “Satu koma, satu koma, …”
            Bill barangkali agak pongah dalam hal kemampuan intelektualnya, tapi dalam pergaulan social, ia tidak berprestasi apa-apa. Walaupun ia punya latar belakang keluarga terpandang, dengan kakek yang biasa bergaul dengan gubernur, ia tetap saja makan dan bekerja seperti teman-temannya. Dalam soal wanita dan seks, ia malah agak “terbelakang”. Walaupun sering main pinball dan menonton bioskop bersama, kawan-kawannya tak pernah ingat ia mengejar-ngejar wanita.
            Namun, ia punya pengalaman lain yang belum dimiliki kawan-kawan mahasiswanya. Ia sudah mempunyai perusahaan sendiri. Traf-O-Data, perusahaan yang ia dirikan bersama Paul Allen ketika masih SMU. Salah satu proyek pertama merwka dulu adalah menyusun program komputer untuk memperkirakan kepadatan lalu lintas. Jasa ini mereka jual kepada pemerintah daerah untuk pengaturan lampu lalu lintas. Untuk perusahaannya inilah, kawan-kawan sekamarnya di Havard terkadang menyaksikannya asyik mengisi daftar isian wajib pajak dan sebagainya. Hal-hal yang bagi anak sebayanya amat memusingkan, dan biasanya masih menjadi tugas para ayah.
            Tetapi, riwayat Traf-O-Data tamat begitu pemerintah federal menyatakan akan membantu pemda menganalisis kepadatan lalu lintas secara gratis. Saat itu pun Paul Allen sudah lama gelisah ingin terjun ke dunia “persilatan” bisnis. Berulang-ulang Allen mengajak Bill mendirikan perusahaan komputer.
            Suatu malam yang dingin di bulan Desember 1974, Allen melihat majalah kesukaanya sejak kecil., Popular Electronics edisi Januari 1975. Di sampulnya terpampang Altair 8080, sebuah mesin, dengan judul berteriak, “Mikrokomputer Kit pertama di dunia yang dapat menyaingi model-model komersial”. Allen bergegas ke tempat Bill dan menunjukkan majalah itu. “Inilah kesempatan kita untuk melakukan sesuatu dengan BASIC,” katanya.
            Bill yang ketika itu sedang getol-getolnya bermain poker, disamping komputer, mau tidak mau menyetujui. Inilah saatnya mukjizat komputer akan terjadi. Perkembangannya sebentar lagi akan meledak, dan bila terlambat mengantisipasi, mereka akan terlambat.
            Walaupun Altair 8080 mempunyai memori kira-kira hanya cukup untuk satu alinea kalimat, mesin kecil yang dapat dirakit sendiri ini jembatan pertama masyarakat awam ke dunia komputer.

BASIC Pertama untuk Mikrokomputer
Kepada pembuat Altair 8080, Ed Roberts, Bill, dan Allen menawarkan program BASIC yang dapat bekerja pada chip yang mereka gunakan, Intel 8080. (Kenyataannya, program itu masih ada dalam angan-angan mereka saja). Plus tawaran hak penjualan program bersama Altair dengan bayaran royalti. Roberts sendiri sudah menerima sekitar 50 tawaran sejenis sehingga dengan skeptic ia menjawab, siapa cepat, dia dapat.
            Selama 8 minggu mereka pontang-panting siang malam untuk mengerjakan sesuatu yang membuat para ahli di Intel angkat tangan. Bill serta merta membolos kuliah dan berhenti main poker.
            Karena di seluruh dunia mesin Altair 8080 satu-satunya Cuma ada di tangan Roberts, di New Mexico, kedua jagoan kita itu harus berjuang untuk menciptakan tiruannya.
Allen sibuk dengan perangkat keras, mengotak-atik PDP 10 di universitas supaya dapat meniru mesin Altair milik Roberts. Panduannya hanyalah buku manual tentang mesin itu.
            Sementara itu, Bill harus membuat program yang amat ringkas sehingga kapasitas memori Altair yang hanya 4K itu masih tersisa untuk menjalankan program. Belakangan ia mengomentari hasil karyanya itu, “Program paling hebat yang pernah saya buat.”
            Itulah bahasa BASIC pertama untuk mikrokomputer. Dengan demikian, mereka telah menentukan standar bagi penulisan perangkat lunak bagi mikrokomputer. Saying, Monte Davidoff yang juga turut membantu mereka, hamper tidak pernah disebut-sebut atau diceritakan oleh Bill sebagai salah seorang penyusun BASIC pertama bagi mikrokomputer.
            Ketika Bill menyelesaikan tingkat duanya di Harvard, ia pindah ke Albuquerque, New Mexico, bergabung dengan Allen yang sudah lebih dulu bersarang di sana untuk bekerja sama dengan Ed Roberts.
            Microsoft (singkatan dari Microkomputer Software) sendiri lahir dalam musim panas 1975 dengan pembagian saham 60/40 untuk Bill karena karena Bill lebih banyak menyumbang dalam awal penulisan BASIC.
            Walaupun ia sendiri sudah kaya dari orang tua dan kakeknya, Bill berusaha tidak membiayai usaha dari hartanya itu. Dengan cara konservatif, ia menjalankan Microsoft. Berarti tidak ada pengeluaran yang tidak perlu. Kantornya pun berpindah-pindah di hotel, sampai akhirnya menetap di apartemen sederhana.
            Walaupun umumnya Bill diakui sebagai bapak dari BASIC Microsoft yang kini telah menjadi standar industri dan menjadi fondasi dari perusahaan perangkat lunaknya, ada orang-orang tertentu di dalam industri perangkat lunak  yang berpendapat Allen seharusnya lebih dihargai karena BASIC yang lahir dari tangan Bill adalah untuk versi 4K. Untuk mencapai bentuk BASIC seperti yang dikenal sekarang, Paul Allen lebih banyak perannya.
            Melalui penjualan ALTAIR ke seluruh AS, BASIC yang diciptakan Bill dan Allen selama 8 minggu di Harvard, setahun kemudian sudah menyebar kemana-mana. Bill sempat marah-marah lewat suara terbuka kepada para penggemar komputer yang “dengan semena-mena” mengkopi BASIC-nya tanpa membayar. Padahal, berkat mereka BASIC Microsoft cepat menjadi standar industri mikrokomputer yang baru menggeliat bangun itu. Perusahaan-perusahaan lain yang belakangan ingin ikut terjun ke bisnis mikrokomputer, berdatangan ke Albuquerque dengan saku penuh uang meneken kerja sama dengan Microsoft. Mereka membutuhkan BASIC Microsoft.
            Sementara itu, para pemrogram muda yang direkrut Bill dan Allen pada tahun 1976 terkenal sebagai Microkids. Anak-anak SMU atau mahasiswa ini “penderita” insomnia, ber-IQ tinggi dan tergila-gila pada komputer. Baru Januari 1977, pada usia 21 tahun Bill memutuskan keluar dari Harvard. Bagi orang yang visinya telah melompat beberapa dekade ke depan, bangku sekolah terasa tidak relevan lagi. Bill adalah salah satu orang pertama yang mempunyai konsep jelas tentang masa depan komputer yang bakal ada di mana-mana, di rumah atau di kantor dan bagaimana suatu hari buku dan kertas pun bakal minggir.
            Sementara itu, kedua orang tua Bill sungguh-sungguh kesal menerima keputusan anaknya, Sampai kini pun Harvard masih menganggap Bill Gates sekedar cuti saja.

Dikira Pesuruh
Begitu keluar dari sekolah, Bill mencurahkan segenap energi dan bakatnya yang luar biasa pada Microsoft. Dalam masa 5 tahun berikutnya, ia hanya 2 kali berlibur. Masalah mendesak pertama yang ia selesaikan dengan sukses adalah ketidakcocokan Microsoft dengan MITS, perusahaan milik Ed Roberts, produsen ALTAIR.
            Perangkat keras tersebut ternyata bermutu jelek sehingga orang membeli ALTAIR hanya karena ingin mempunyai BASIC. Padahal, Microsoft sudah terlanjur mengikat kerjasama dengan MITS. Ibarat pesawat, Microsoft siap tinggal landas, tapi rodanya tertambat di darat. Ketika kemudian MITS dijual kepada perusahaan raksasa, Pertec, Bill sadar ia harus menceraikan “anaknya” dari ALTAIR. Untuk itu, ia yang baru 21 tahun harus berhadapan dengan para pengacara tangguh. Dengar pendapat di depan ruang siding pengadilan yang berlangsung selama 3 minggu, akhirnya menghasilkan keputusan Microsoft punya hak penuh untuk memasarkan BASIC sesuai cara yang dipandangnya baik.
            Sampai sekarang, Roberts tetap beranggapan BASIC adalah hak MITS. “Bill dan Allen mengembangkan BASIC mereka dengan menggunakan waktu komputer MITS yang bernilai ribuan dollar. Bill dan Allen, terutama Bill, ternyata jauh lebih lihai daripada saya.”
            Memang, walaupun lebih mirip pesuruh, Bill Gates adalah pengusaha yang amat tangguh. Pada usia demikian muda, ia santai saja duduk merundingkan kontrak bisnis yang rumit dengan para pengusaha yang jauh lebih tua, berjas, dan berdasi. Tidak berbeda santainya dengan ketika ia duduk di depan komputer sampai pagi sambil makan pizza dingin dan minum Coca-Cola.
Dalam hobi pun tampak benar pembawaan Bill yang selalu mau serba cepat dan tidak sabaran. Ia senang ngebut dengan Porsche dan sering kena tilang. Seperti kata Paul Allen, “Bill senang mengetes mobil untuk mengetahui batas kemampuannya. Tapi, ia pengemudi yang hebat dan tidak pernah kehilangan control. “
Menurut Ed Curry yang menemani Bill, salah satu kunci keunggulan Bill adalah justru karena lawan meremehkan dia. Tapi, kuci yang lebih penting adalah ketangguhannya dalam soal-soal hukum. Selain mendapat bimbingan ayahnya, ia banyak belajar sendiri dengan membaca buku-buku tentang hukum korporasi AS. Selain itu, sudah sejak di Harvard, sementara kawan-kawannya asyik membolak-balik Playboy, ia senang menekuni buku-buku bisnis, tentang bagaimana mengelola orang dan produk. Kepiawaiannya dalam bahasa hukum membuatnya mampu menulis sendiri kontrak-kontrak kerja sama. Bagi Microsoft, ini penghematan dana pengacara yang mahal. Si bocah kerempeng dengan rambut penuh ketombe ini tidak Cuma amat menguasai bidangnya, tapi juga memahami sepenuhnya makna terpendam dari suatu perjanjian yang kadang kala tersamar di balik bahasa hukum.
Tentu saja, kejadian biasa bila para pengusaha yang dating ke kantor Microsoft di Albuquerque bingung berhadapan dengan para pemuda gondrong itu. “Siapa sih anak-anak ini. Mana bosnya?” Demikian mereka umumnya bertanya. Tapi, begitu Bill mulai memimpin rapat, tidak ada lagi keraguan tentang siapa yang pegang kendali.
Sementara itu, para awak Microsoft terus ngebut mengembangkan bahasa program lain, seperti FORTRAN, COBOL, sembari terus mengembangkan BASIC untuk sejumlah chip selain 8080. Di sini kendali pimpinan dipegang Allen yang lebih senang berada di belakang layar. Bill sendiri lebih sering terlibat pada segi bisnisnya. Darah dagang sudah terlanjur mengalir kental dalam tubuhnya.

“Kawin” Dengan IBM
Jadi bolehlah dikatakan, dia salesman, kepala bagian teknik, pengacara, pengusaha, dan seterusnya di awal berdirinya Microsoft. Saking dominannya, kadang-kadang Bill tidak tahan untuk tidak mengotak –atik program hasil karya anak buahnya, walaupun ia sadar setiap pemrogram mempunyai gaya sendiri. Yang keterlaluan adalah ketika hasil karya orang pun diakui sebagai karyanya. Misalnya, Standalone Disk BASIC dalam MS-DOS Encyclopedia ( buku resmi Microsoft ) disebut sebagai karyanya. Padahal program itu ditulis oleh Marc McDonal untuk National Cash Register tahun 1977. Sudah tentu pennulisnya amat kesal karena menurutnya, Bill tak menyumbang secuil pun dalam program itu.
            Pada awal tahun 1979, Microsoft pindah ke Seattle dan baru saat itu mereka mempunyai komputer sendiri. Dalam perjalanan dengan Porsche sejauh 2.250 km dari Albuquerque ke Seattle, ia terus ngebut sampai ditilang 2 kali.
            Saat Bill menginjak usia 24 tahun, Microsoft telah berpenghasilan AS $ 7 juta per tahun dengan hanya 40 orang pegawai. Tibalah saatnya membonceng raksasa IBM yang waktu itu berpenghasilan hampir AS $ 30 miliar per tahun dengan angkatan kerja lebih dari separuh penduduk Seattle.
            Saat itu, IBM memutuskan akan terjun ke industri komputer pribadi tanpa mengembangkan teknologi sendiri. Dengan nama sandi Project Chess, orang Microsoft harus menandatangani kontrak tutup mulut karena ini proyek super-rahasia. Microsoft dipilih, lantaran waktu itu pemakai BASIC-nya sudah ratusan ribu di seantero bumi. IBM sendiri sebenarnya telah memiliki BASIC yang tersebar di seluruh dunia, tetapi hanya digunakan pada komputer mainframe.
            Untuk IBM PC, Microsoft dipercaya menyediakan sistem pengoperasiannya, atau “jiwa” mesin itu. Saking rahasianya, proses pengerjaannya sampai mirip dagelan spionase. Dalam soal rahasia-rahasiaan, IBM memang biangnya. Perangkat kerasnya, komputer buatan IBM yang disebut dengan nama sandi Acorn, harus tetap berada di kamar kerja tidak berjendela seluas 2 x 3 m yang selalu terkunci dengan gembok khusus dari IBM, walaupun ada pemrogram sedang berada di dalamnya. Semua manual dan dokumen harus juga disimpan di kamar itu, dalam filling cabinet dan brankas.
            Para pemrogram Microsoft di Seattle secara teratur terus berhubungan dengan bagian proyek PC IBM di Boca Raton, Florida yang jaraknya lebih dari 6.000 km. Namun, usul IBM untuk memasang pagar kawat di langit-langit kamar untuk menghindari “penyusupan” dari atas, ditolak Bill mentah-mentah. Itu sudah keterlaluan.
            Karena kondisi kerja yang serba sempit dan tanpa ventilasi, komputer dan alat-alat elektronik lain cepat membuat ruangan mungil itu menjadi panas, kadang-kadang sampai 36o C. Ini tidak Cuma membuat manusia gerah dan tidak betah. Mesin pun ikut ber tingkah. Kadang kala IBM mengadakan sidak untuk mengecek kerapian keamanannya. Suatu kali, bagian keamanan IBM menemukan bagian dari komputer rahasia itu berada di luar kamar, sementara pintunya terpentang lebar-lebar (supaya udara segar masuk). Langsung saja Steve Balmer , tangan kanan Bill, ditegur habis-habisan. Setelah itu, bila mengetahui aka nada sidak, orang bisa mendengar Balmer, berlarian ke kamar rahasia itu sambil berteriak-teriak, “Tutup pintu dan kunci brankasnya! Mereka akan datang!.”
            Gara-gara proyek Chess, Juni 1981, karyawan Microsoft hampir berlipat dua menjadi 70 orang. Dengan melalui berbagai ketegangan, akhirnya IBM PC diluncurkan 12 agustus 1981. Cukup memenuhi target para “dewa” di IBM. Sejak itu, industri PC berubah drastic, komputer pribadi melanda dunia dan bersamanya, perangkat lunak dari Microsoft.

Nomor Pelat Mobil pun Hafal
Sementara IBM PC kian populer, kian banyak pemrogram yang menelurkan perangkat lunak untuk mesin kecil itu dan untuk sistem pengoperasiannya. Akhir 1982, industri komputer pribadi sudah tinggal landas. Tidak mengherankan bila Majalah Time edisi Januari 1983 mengangkat komputer pribadi sebagai “Man of the Year” untuk tahun 1982.
            Sekitar 10 tahun kemudian, sistem pengoperasian Microsoft saja sudah digunakan oleh 80 juta pemakai komputer IBM dan compatible-nya ini kepagian 10 tahun dari ramalan tahun ‘80-anyang menjadi pemacu dijadikannya IBM PC standar industri komputer pribadi adalah mulai munculnya tiruan IBM PC pada awal 1983 yang kemudian menjamur di mana-mana. Kalau ini memukul IBM secara telak, mengingat tiruan harganya jauh lebih murah, Microsoft malah amat diuntungkan karena perangkat lunaknya semakin merajalela.
            Memang perjuangan Bill di bidang lain di luar sistem pengoperasian dan komputer pribadi masih cukup panjang, tapi ia salesman yang amat piawai, ulet menghadapi tantangan dan tega. Baginya pertarungan di dunia bisnis adalah “menang atau mati”. Siapa pun yang diperkirakan akan menjadi saingannya di masa depan, akan dibabatnya sampai habis tanpa ampun. Karena itu, ia akhirnya dihadapkan pada tuduhan melakukan praktik monopoli sampai diselidiki oleh pemerintah federal.
            Namun setelah 4 tahun, penyelidikan yang rumit itu ternyata berakhir cukup happy end bagi Bill (yang membuat para pesaing kecewa berat). Akhir Juli 1994, menurut Newsweek, pemerintah federal AS hanya menjatuhkan perintah larangan bagi raksasa ini untuk melanjutkan praktik dagang yang mengakibatkan monopoli. Kekhawatiran sementara pengamat bahwa raksasa ini bakal dipecah-pecah oleh pemerintah federal akibat “dosa-dosa”nya, ternyata tidak sampai terwujud. Dapat dipastikan Microsoft bakal tetap atau makin Berjaya. Ujung tombak kemajuan itu, siapa lagi kalau bukan para pemrogramnya.
            Di Microsoft, pemrogram direkrut langsung dari universitas oleh Bill dan Steve Balmer. Bill mengenali wajah dan nama semua pemrogramnya. Tak hanya itu, ia juga hafal nomor pesawat telepon dan plat mobil mereka! Bukan apa-apa, ingatannya memang fotografik.
            Untuk menjadi tenaga di bagian teknik di Microsoft, syarat utamanya jelas: IQ tinggi, semangat besar, inisiatif, dan cara berpikir yang jelas. Biasanya anak-anak dari jurusan sains, matematika, atau komputer-lah yang dipilih. Setelah diwawancarai di kampus, mereka diterbangkan ke markas besar Microsoft di Seattle untuk melihat-lihat.
            Walaupun gajinya tidaka besar, orang-orang berbakat biasanya tergiur juga dengan iming-iming saham yang besar dan kesempatan bekerja di lingkungan yang bebas. Menurut Balmer, dari suara dan nada bicara ia sudah bisa menilai seberapa besar energi dan semangat orang itu.
            Ladang pencarian mereka meliputi 15 universitas di AS, 4 di Kanada, dan 6 di Jepang. Ke sanalah mereka mencari orang-orang genius nyentrik, bersemangat, dan penuh inisiatif, seperti Bill Gates.
            Bagaimana rasanya direkrut sebagai pemrogram di Microsoft diceritakan oleh Neil Friedman, lulusan Carnegie University. Ketika ia mengunjungi kantor Microsoft, perbedaannya langsung terasa. “Tidak ada aturan berpakaian. Sepatu tenis atau sneakers oke. Pegawai tidak perlu berdasi. Di lorong kantor, bisa saja pegawai bermain anggar sebagai selingan.”
            Seminggu bekerja, ia mendapat tugas besar pertama, membuat sambungan e-mail antara kantor-kantor Microsoft di luar negeri dengan markas besarnya di Ballevue (Microsoft pindah ke sana tahun 1979). “Pekerjaan ini di IBM membutuhkan 100 orang, di sini saya boleh dikata dibiarkan bekerja sendiri,” katanya.

Anak Mama
Manajemen di jantung Microsoft ini, benar-benar sederhana. Setiap pemrogram dapat mengakses “Bill”, demikian mereka menyebutnya. Kantor Friedman sendiri Cuma berbeda lima kamar dari sang CEO. Sering sampai larut malam Bill mengobrol soal perangkat lunak dengan para pemrogramnya. Sudah jelas, para pemrogram yang masih muda belia ini amat bangga memperoleh kedudukan demikian terhormat. Di Microsoft, Bill adalah pahlawan, bahkan idola, sehingga tak jarang eksekutif atau pemrogram di Microsoft meniru gerak-geriknya dan ulahnya yang nyentrik.
            E-mail dalah urat nadi kerja seluruh angkatan kerja di Microsoft. Lewat komputer, mereka dapat saling mengakses. Ini memungkinkan seorang karayawan wanita, lewat e-mail, mengajak CEO-nya untuk berkencan, dan diterima. Pesan yang masuk disertai keterangan jam ia kirimkan. Ini amat memudahkan komunikasi dan amat membantu usaha Microsoft untuk tetap lincah walaupun makin besar. Tapi kerugiannya, setiap pagi karyawan harus meluangkan waktu untuk membaca dan membalas e-mail yang bisa mencapai 100 buah pesan. Tidak jarang sampai menghabiskan waktu 2 jam.
            Para pemrogram sendiri harus siap menerima e-mail langsung dari Bill yang bisa masuk pukul 02.00 dini hari. Saking “panas”nya (tidak jarang memuat kata-kata “goblok” dan semacamnya), e-mail dari Bill disebut flame-mail oleh para pmrogramnya.
            Yang tak banyak diketahui orang, Bill itu sebenarnya anak mama. Bila ia mengundang pelanggan untuk sosialisasi, ia sering mengajak ibunya. Dalam sehari Mary Gates bisa menelepon anaknya sampai beberapa kali, mengirim e-mail kapan saja entah di rumah atau di kantor, bahkan menulis surat dan kartu. Tidak seperti anaknya, Mary berkepribadian hangat dan penuh perhatian. Kepada para manajer puncak, ia sering membicarakan anaknya dan mengungkapkan kekhawatirannya.
            Bekas pacar Bill, Jill Bennet, sempat menyaksikan betapa erat hubungan kekeluargaan family Gates. “Keluarganya adalah salah satu asset yang terbesar,” katanya.
            Bahkan ketika ia pindah apartemen, Ayah, Ibu, dan sang Nenek yang mengurus kepindahannya. Rumah pertamanya terletak di tepi danau, tidak jauh dari rumah orang tuanya. Di rumah itu tidak banyak perabot. Bahkan tidak ada televise. Hanya saja di ruang bawah tanahnya ada ruang komputer dan di sanalah Bill paling sering berada kalau sedang di rumah. Di langit-langit kamar kerjanya, di pasang peta dunia yang amat besar untuk dilihat-lihat saat ia beristirahat dari komputer. Alasannya, “Otak kita mempunyai banyak gelombang (seperti pada radio) yang tidak terpakai.” Bahkan pada dinding garasinya, ia tempelkan peta Afrika supaya ia dapat selintas melihatnya bila keluar-masuk garasi.
            Perihal kejorokan Bill tampak benar saat The Wall Street Journal mengirim fotografer untuk mengambil fotonya. Ia mengenakan sweater yang berlubang pada kedua ketiaknya.
            Pada pesta tahunan perusahaan tahun 1991, 10.000 karyawan Microsoft menghadirinya. Istri karyawan Bill sering disebut “para janda Microsoft” karena jarang bertemu suami mereka. Bill sendiri, menurut Kompas, terbitan 2003 kembali menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya AS. Sedangkan sistem pengoperasian Microsoftnya menguasai 85% PC dunia.
            Setelah beberapa kali berkencan dengan beberapa gadis, akhirnya menikah juga Bill dengan Melinda French yang juga anak buahnya pada januari 1994. Untuk pernikahan yang dilakukan di Hawaii itu, Bill memesan hampir semua hotel dan mobil sewaan di sana supaya tidak ada seorang pun dapat menyelundup ke dalam pestanya tanpa diundang. Kabarnya, setelah menikah, jam kerjanya dikurangi. Cukup sampai tengah malam saja….
(Hard Drive, Bill Gates and the Making of the Microsoft Empire, karya James Wallace & Jim Erickson/LW)
“Kita harus senantiasa berpikir tentang siapa yang mengejar kita” (Bill Gates)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar