Tiba-Tiba
Terpikirkan
mau nulis ketika denger lagunya Peterpan "Tak Ada yang Abadi" yang
grup musiknya sekarang ganti nama "Noah". Tapi disini saya bukan akan
membahas tentang NOAH atopun macem-macem
lagunya. Melainkan lirik lagu tersebut mengingatkan saya akan beberapa hal yang
saya alami akhir-akhir ini. Banyak orang-orang terdekat teman saya maupun teman
saya sendiri yang tiba-tiba dipanggil ke Rahmatullah.
Pertama,
teman saya (guru di sebuah SMK)
Ketika
kebahagian datang di keluarganya karena
beliau akan melahirkan anak kembar,
beliau sesak nafas, akhirnya pingsan ketika mau melahirkan. Pihak rumah
sakit setempat tak sanggup menanganinya, akhirnya beliau dirujuk ke rumah sakit
lain. Dalam perjalanan ke rumah sakit lain, nyawa beliau dan kedua anaknya tak
bisa terselamatkan. Kabar yang mulanya adalah detik-detik kebahagiaan kini
menjadi ratapan tangisan yang disesalkan. Tapi apa gunanya disesalkan, toh
semua sudah terjadi. Kita hanya bisa mengikhlaskan dan mendoakan agar beliau
dan kedua anaknya mendapat tempat terbaik di sisiNya, diampuni segala dosanya,
dilapangkan kuburnya, dan dijauhkan dari siksa kubur dan siksa neraka.
Amiiiin...
Kedua,
ayah teman saya di program AK
Ketika
pulang dari kampus, tiba-tiba dia mendapat telepon dari seseorang yg mengatakan
bahwa dia turut berduka cita atas ayahnya yg meninggal. Mulanya dia sendiri ga
percaya, karena barusan telepon kakaknya dan kakaknya tidak bilang apa-apa,
seperti tidak ada sesuatu yang terjadi. Kita sendiri juga ga percaya karena
akhir-akhir ini banyak penipuan yg beredar melalui telepon. Tapi, perasaannya yg tidak enak sejak
kemarin, memberanikan dirinya untuk menelepon kembali kakaknya. Dan ternyata
benar, kakaknya yg mulanya menutup-nutupi kabar itu akhirnya mengaku juga.
Kontan, tangis sang adik pecah, dan kita hanya bisa diam mendengar kabar itu.
Bagai petir di tengah teriknya mentari, kita semua tidak ada yg menyangka.
Padahal
baru 2 bulan lalu, waktu mau pulang kampung, temen saya itu nyeletuk,
"pulang mi kau, jangan sampai kamu nyesel, barangkali ini kesempatan
terakhir kamu bersama orangtuamu, kamu pasti nyesel kalo ga jadi pulang".
Kurang lebih seperti itu kata-katanya menasehati salah satu temenku yg ga mau
pulang. Dan tak disangka, dia yg pertama kali memperoleh bukti dari
kata-katanya. Lagi-lagi hanya do'a yg bisa kita panjatkan. Agar beliau diampuni
dosa-dosanya dan mendapat tempat terbaik disisiNya.
Ketiga,
teman kuliah saya di UM
Dia
teman sekelas saya waktu semester 1 dan 2. Saya mendapat kabar dia meninggal
karena terkena Demam Berdarah. Katanya telat dibawa ke rumah sakit.
Trombositnya sudah turun drastis. Dan nyawanya tidak tertolong. Saya hanya bisa
mengucapkan "innalillahi wa inna ilaihi roji'un". Banyak yang tidak
percaya dia meninggal secara tiba-tiba di usia yg semua itu. Duka yg mendalam
dialami oleh keluarganya, orang-orang terdekatnya, dan kita, teman-teman
kuliahnya.
Keempat,
kakak teman kuliah saya di UM juga
Kakaknya
sudah cukup lama mengidap radang usus. Penyebabnya katanya gara-gara terlalu
sering makan mie instan. Mungkin zat-zat berbahaya di dalam ususnya sudah
mengendap cukup banyak dan mengganggu metabolisme bahkan merusak ususnya. Tapi
terakhir mendengar kabarnya, kakaknya sudah dioperasi. Aku kira kondisinya
sudah membaik. Ternyata tidak, dan kemarin aku mendengar kabar duka itu.
Katanya kakaknya sudah dioperasi 4 kali. Tapi, sebaik-baik manusia berusaha,
tetap Allah yang menentukan. Pasti ada hikmah di balik semua ini. Kita sebagai
manusia hanya bisa mengikhlaskan apa yang sudah menjadi takdirNya. Berat
memang, tapi itu yang membuat kita lebih kuat dalam menjalani hidup. Dan yang
pasti mendoakan yang terbaik untuknya yang berada di sana.
The End
Ya…
memang tak ada yang abadi di dunia ini. Setiap jiwa pasti akan merasakan mati.
Kalo di tpi-tipi bilang "The End". Yang jadi pertanyaan adalah apakah
kita sudah siap menghadapinya? Siapkah menghadapi kematian yang setiap saat
bisa menghampiri kita? Bukankah kita sekarang sudah berada dalam daftar antrian
malaikat izrail?
Jawabannya
sudah pasti, tidak ada yang benar-benar siap menghadapi kematian, termasuk
saya. Kalau misalnya kematian itu bisa dipending, tentunya siapapun itu akan
minta pending, sebaik dan sebanyak apapun amalnya. Mengapa demikian?
Masing-masing dari kita pasti tau alasannya. // Susah dijelaskan dengan
kata-kata… pasti ada seribu alasan, sepuluh ribu, bahkan kalo perlu sejuta
alasan kalo itu baru bisa diterima pending kita.
Dan
sayangnya itu hanyalah khayalan belaka… ye..ye…sayangnya kematian tidak dapat
dipending. Mau tidak mau kita harus siap.
Ada
salah seorang teman yang bilang, "sebelum mati aja baru dibanyak-banyakin
amalnya"
Sekali
lagi sayang seribu sayang, kita ga tau kapan jadwal kita mati. Suruh ngintipin
mbah dukun? Peramal?
Walaaah…boro-boro'
ngasih tau kapan orang lain mati, wong mereka sendiri aja ga tau kapan mereka
mati.. Lagian syirik hal-hal semacam itu.
Yang
jelas kita perlu mempersiapkan diri. Perbanyak amal mulai dari sekarang. Jangan
sampai kematian kita nanti su'ul khatimah (akhir yg buruk). Karena baik
buruknya akhir dari hidup kita nanti, tergantung amalan kita sehari-hari ketika
hidup.
Tapi
mungkin kalo baca hadist berikut akan ada tanda tanya lagi.
Rasulullah
bersabda,"Ada seseorang yang sekian lama berbuat amal ahli surga, kemudian
menutup perbuatannya dengan amal ahli neraka. Dan ada pula seseorang yang
sekian lama berbuat amal ahli neraka, kemudian menutup perbuatannya dengan amal
ahli surga " (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Bagaimana
mungkin seseorang yang sepanjang hidupnya menaati Allah, kemudian tersesat di
akhir hayatnya?
Dalam
buku *) yang saya baca dijelaskan :
Jawaban
pertanyaan ini dapat kita temukan dalam kalimat yang akrab dengan telinga kita
: barang siapa merahasiakan sesuatu, Allah akan sandangkan (tampakkan)
kepadanya pakaiannya. Maksudnya Allah akan menampakkan keburukan yang selama
ini ia sembunyikan.
Jadi,
ketika amal shaleh dinodai riya' **), ujub***), dan ghurur ****), serta tidak
ikhlas karena Allah, amalnya tidak akan diterima. Tidak akan menaikkan derajad
pelakunya. Bahkan semua itu akan ditelanjangi (ditampakkan) sebelum ia
meninggal dunia. Naudzubillahi min dzalik…
Orang
yang kelihatannya alim aja belum tentu khusnul khatimah matinya, apalagi kita.
Jangan pernah merasa sudah banyak amalnya, lantas kita nyantai kaya' di pantai.
Dosa-dosa kecil yang kita tumpuk tiap hari (seperti ngomongin kejelekan orang)
tak sadar sudah menggunung, bahkan mungkin lebih tinggi daripada Mount Everest,
puncak tertinggi gunung di dunia // kalo ga salah. Dan dibandingkan amalan kita
yang belum tentu diterima, posisi kita berada di titik terbawah, hampir
tereliminasi dari jajaran calon penghuni surga. Ato mungkin uda tereliminasi.
Kalo ternyata sebelum sempat memperbaiki diri kita uda "The End",
tamatlah riwayat kita. Uda tereliminasi, ga bawa koper lagi. Ga ada bekal sama
sekali bila amalan kita ternyata ga ada yang diterima karena terkontaminasi
penyakit hati.
Oleh
karena itu, sebelum tereliminasi, sudah tereliminasi, ato merasa belum masuk
kategori daftar calon penghuni surga (termasuk saya), mari kita perbaiki diri,
banyak istigfar, isi hidup kita dengan hal-hal yang bermanfaat. Bukankah Rasul
pernah bilang, "sebaik-baik manusia itu adalah yang bermanfaat bagi
sesamanya".
Catatan
ini bukan bermaksud untuk menggurui siapapun. Tapi ini hanyalah sebuah renungan
buat kita, khususnya juga buat saya juga. Bahwa kematian bukanlah akhir dari
segalanya. Kematian bukan untuk diratapi dan ditangisi, tapi jadikanlah ini
sebagai sebuah peringatan bagi kita yang masih hidup. Tak perlu disesali karena
itu memang sudah takdir. Tak perlu diratapi karena takkan mengubah keadaan.
Akan lebih baik jika kita mendoakannya dan mempergunakan sisa hidup kita
sebaik-baiknya untuk bekal kehidupan setelah mati kelak yang lebih lama dan
lebih panjang perjalanannya. Jika bekal kita tak cukup, kita akan lebih
menyesal kelak.
Saya
memang belum pernah merasakan kehilangan orang terdekat saya. Dan pastinya satu
per satu nanti orang terdekat saya akan pergi meninggalkan saya. Atau bahkan
mungkin saya duluan yang meninggalkan mereka. Catatan ini buat renungan bila
suatu saat nanti ada yang meninggalkan saya, atau suatu saat saya duluan yang
meninggalkan mereka, mereka bisa membacanya (ya.. Semoga saja ada yg nemu
tulisan ini suatu saat nanti… hehehe...)
//
walah… mulai.. alay.com
Sekian…
Semoga bermanfaat…
Aamiin...
Manado,
16 Maret 2014 --> lanjutan: 29 Maret
2014
By:
senyum (^__^)
NB:
*) Al-Himsyi, Layyinah. 2013. Muslimah Pembelajar. Jakarta : zaman.
**) riya = berbuat karena ingin dipuji
manusia,baik dalam perkataan maupun perbuatan, seperti caleg yg mengunjungi
orang2 miskin, obral2 janji, dll..// mentang2 musim caleg,contohnya jadi
caleg.. ^^v
***) ujub = sombong
****)
ghurur --> kalo ini aku belum tau artinya, mo nyari di internet masih abiz
kuotaku // alibi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar