Pada
mata kuliah pedagogik di program PPCPAK ini ada seorang dosen yang inspiratif
banget bagi kami. Banyak nasehat-nasehat beliau, ataupun cerita-cerita dari
pengalaman beliau yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi kami. Nah, apa
hubungannya dengan wiro sableng? Kita simak sesaat lagi….
Waktu
kuliah kemaren, dosen saya cerita kalo beliau pernah mengikuti sebuah seminar.
Dalam seminar itu pesertanya ditanya, "ada yang pernah nonton wiro
sableng? Bagi yang pernah nonton wiro sableng silahkan tunjuk tangan"
Kira-kira
90% peserta angkat tangan. Beliau tidak termasuk yang angkat tangan, karena
memang beliau tidak suka acara TV semacam itu. Acara yang sering beliau tonton hanya berita dan perbincangan mengenai politik maupun masalah sosial. Pertanyaan itu
juga yang diajukan ke kami, peserta kuliah hari jum'at kemaren. Kami semua
menjawab pernah nonton.
Pertanyaan
selanjutnya adalah "kalian tau
tulisan di kapak wiro sableng?"
Dengan
lantang kami menjawab "212"
"kalian tau tidak apa makna dibalik angka
212?"
Kami
semua terdiam, tidak ada yang tau.
Lalu
dosen kami menjelaskan, "212 masing-masing angka itu bila dijumlah
berapa?"
"5
pak"
"kalian
tau masa jabatan para pejabat tinggi pemerintahan? Presiden, MPR, DPR, DPD,
DPRD… bla..bla..bla.. Semuanya 5 tahun. Dan kalian tau 5 tahun itu digunakan
untuk apa?"
Berikut
penjelasannya:
Jadi angka 212 itu digunakan untuk menyindir para pejabat negeri ini. Yaa..
Memang tidak semuanya seperti itu sih mungkin… tapi rata-rata, sebagian
besar seperti itu. Dan setelah saya selidiki lagi, lagi-lagi tanya mbah google, makna yang sebenarnya tidak seperti itu, tapi kalo dikaitkan dengan politik saat ini memang benar juga.
Sekitar 1 bulan lagi, kita akan dihadapkan pada "pesta demokrasi". Demokrasi???
Mungkin lebih tepatnya "Democrazy" seperti guyonan politik yang
sering disinggung di beberapa stasiun TV, dan aku sepakat memang. Wakil rakyat
memang dipilih oleh rakyat, tapi kalau yang milih itu nggak tau sebenernya apa
yang dipilih, hanya diiming-imingi oleh kaos partai abal-abal, yg 10 ribu 3
dengan kain murahan, duit dari poster-poster yang dipajang, bingkisan-bingkisan
yang sebenarnya dananya berasal dari uang rakyat, dan janji-janji manis yang diumbar setinggi langit, namun
jika dia jadi, ibarat debu yang diterpa angin, entah kemana janjinya itu.
Jangankan menepati, janji-janjinya sendiri pun mungkin sudah lupa.
Dan
212 itu pun kembali terulang. Itu jika kita tidak benar-benar selektif, sesuai
dengan hati nurani. Oleh karena itu, sodara-sodara, mbak bro, mas bro, bulek
paklek, budhe pakdhe, uda, kakak, wak, makcek, pakcek, torang semua, jika caleg
periode lalu mendaftar lagi untuk periode berikutnya, sedangkan kinerjanya
periode yang lalu kinerjanya tidak ada, bahkan tidak beres, JANGAN
SEKALI-SEKALI DIPILIH LAGI. Jangan tergoda dengan embel-embelnya,
bingkisan-bingkisannya, uangnya, janji-janji manisnya. Itu sama sekali tidak
sebanding dengan 5 tahun kinerjanya yang hanya menghabiskan uang rakyat, uang
kalian.
Namun,
jika dari semua pilihan itu tidak ada yang menurut kita baik, atau tidak tau
sama sekali, kita bismillah aja, semoga yang dipilih itu benar-benar memegang
amanah rakyat. Yaa… kita doakan saja. Semoga ada pejabat-pejabat selanjutnya
yang berhati seperti jokowi atau lebih baik dari beliau yang bisa mengubah
nasib bangsa ini menjadi lebih baik. Aamiin...
Manado,
15 Maret 2014
By:
senyum (^__^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar